Setelah diberkahi bulan baca yang begitu memuaskan pada November lalu, tentu saja bulan ini akhirnya menjadi bulan baca yang biasa-biasa saja. Dalam kiriman ini, aku akan memaparkan statistik bacaan, satu buku memorable yang mendapat rating 5/5 di penghujung tahun, dan buku lain yang aku harap bisa menjadi bacaan menyenangkan, namun ternyata tidak terlalu memuaskan.
Statistik Menunjukkan…
Pada bulan Desember 2020, aku berhasil menamatkan 6 buku (1.338 halaman). Kalau tidak menargetkan untuk membaca 64 buku tahun ini, boleh jadi aku tidak akan menamatkan buku sebanyak ini di penghujung 2020. Keinginanku untuk membaca memang tidak terlalu tinggi menjelang pergantian tahun. Mood bacaan sendiri (seperti biasa) didominasi oleh buku emosional & reflektif. Meskipun menggunakan buku sebagai sarana escapism, entah kenapa sebagai pembaca aku memang tergerak untuk membaca sesuatu yang mengaduk-aduk perasaan & membuat kita merenung.
Kalau bicara genre, usahaku untuk mengejar target bacaan terlihat dari dua cerita pendek yang dibaca bulan ini. Cerita pendek memang sudah menjadi andalan dari dulu kalau ingin membaca banyak dalam waktu singkat. Aku tidak kaget juga ketika genre kontemporer muncul di tempat teratas. Meskipun sempat melalui fase ketika aku membaca banyak historical fiction secara berturut-turut, di akhir hari kontemporer adalah comfort genre-ku.
Aku juga sempat berasumsi bahwa fantasi adalah genre yang sudah jarang aku jamah beberapa tahun belakangan. Ternyata genre ini masih sering muncul dalam daftar bacaan tanpa aku sadari. Kalau tidak mengintip statistik yang dibuat The Storygraph, aku sepertinya tidak menyadari ini.
Di awal bulan aku sempat merasa bahwa kecepatan bacaku menjadi agak lambat. Ternyata perasaan ini muncul karena aku membaca buku-buku beralur medium waktu itu. RIP long attention span. Aku harap attention span-ku bisa sedikit meningkat di 2021. Meskipun membaca buku < 300 halaman & beralur cepat menyenangkan, aku harap aku juga bisa mengangsur buku di TBR dengan halaman lebih banyak dan alur lebih lambat. Melanjutkan tren bacaanku pada 2020, bacaan nonfiksiku hampir menyeimbangi bacaan fiksi bulan ini.
Meskipun menemukan satu bacaan bintang lima menjelang akhir Desember, secara keseluruhan tidak ada yang spesial untuk bulan ini. Ada lebih banyak miss daripada hits dalam hal bacaan. Kalau membandingkan dengan bacaan bulan November, Desember adalah bulan yang agak mengecewakan. Aku curiga mood membacaku yang tidak terlalu tinggi juga ikut berpartisipasi dalam hal ini. Sepertinya ada banyak kasus it’s not you (books), it’s me (the reader).
Daftar Bacaan
- Get a Life, Chloe Brown – Talia Hibbert (a wholesome romance with a spoonful of steamy scenes)
Setelah maraton baca banyak buku death-related sepanjang November, aku membuka Desember dengan buku romantis yang menggemaskan. Seperti yang sudah dikatakan para pembaca sebelumku, buku pertama dalam seri The Brown Sisters ini memang bacaan romantis asyik. Duo protagonisnya begitu menggemaskan. Selain memiliki representasi untuk chronic illness, Hibbert juga berhasil membahas tema serius seperti pemulihan setelah lepas dari hubungan toksik/abusif. Aku tidak memberi buku ini rating 5/5 karena aku merasa konflik yang muncul di akhir cerita tidak perlu. I could do without them, honestly.
That being said, aku tetap merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang mencari buku romance dengan cerita wholesome & memiliki a healthy dose of smut scenes.
- Parade Hantu Siang Bolong – Titah AW (kumpulan reportase menarik tentang beragam mitos/lokalitas di pulau Jawa)
Senang rasanya karena menemukan bacaan nonfiksi semacam ini karya penulis lokal. Pendapat selengkapnya dariku bisa dibaca dalam kiriman ini: [17/12/20] Tentang Parade Hantu Siang Bolong karya Titah AW.
Aku akan merekomendasikan buku yang bisa dibaca cepat ini untuk pembaca yang ingin membaca reportase lokal yang ditulis dengan gaya yang tidak membosankan.
- A Dead Djinn in Cairo – P. Djeli Clark (a fantasy short story with interesting world building)
Buku ini muncul di radarku berkat seorang kenalan di Twitter yang merupakan penggemar bukunya. Aku tergerak untuk membacanya bulan ini karena durasi edisi audiobook-nya yang terbilang singkat. Menurutku, world building buku fantasi yang satu ini menarik & tidak biasa. Gaya baca narator audiobook-nya juga engaging.
Sayang sekali, meskipun sudah berusaha aku tidak kunjung terhubung dengan ceritanya. It’s simply not my cup of tea. Meskipun audiobook ini <2 jam, aku butuh lebih dari seminggu untuk menyelesaikannya. Aku rasa mood-ku juga mempengaruhi penilaian ini. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tidak memberi buku ini rating.
Kalau kamu pembaca yang menggemari buku fantasi, just take my words with a grain of salt. Mayoritas kawanku yang gemar membaca fantasi menyukai buku ini. Kalau mencari bacaan fantasi non-serial & bisa dibaca cepat, A Dead Djinn in Cairo bisa menjadi pilihan bacaanmu.
- Maybe You Should Talk to Someone – Lori Gottlieb (an awesome memoir, my December favorite reads)
Inilah bacaan dengan rating 5/5 yang sudah aku singgung dari awal tulisan. Memoar seorang terapis ini adalah tipe buku yang begitu menenangkan ketika dibaca di masa sulit. Terjemahan ke bahasa Indonesia bukunya pun sudah dirilis dengan judul Semua Orang Butuh Curhat. Aku sendiri membaca edisi bahasa Inggris buku ini melalui Scribd & dibuat terkagum-kagum dengan keluwesan gaya penulisannya. Aku harap setiap orang mencoba untuk membaca buku ini setidaknya satu kali. Sedikit-banyaknya, aku rasa ada sesuatu yang bisa setiap orang ambil dari buku ini.
Aku juga akan merekomendasikan Maybe You Should Talk to Someone untuk pembaca yang sedang mencari bacaan bertema psikologi.
- Aku memutuskan untuk tidak menyebut dua buku setelah ini karena keduanya (lagi-lagi) bukanlah bacaan untukku. Di tangan pembaca yang tepat, aku yakin buku-buku ini bisa menjadi bacaan favorit. Sadly, they’re not for me. I truly got nothing to say. Biarlah dua buku ini menjadi rahasiaku dan The Storygraph 😌
Semoga tahun 2020-mu ditutup dengan bacaan asyik & menyenangkan ya!
>>>
Farah mendata buku yang dia baca & mendapat statistik dalam kiriman ini melalui The Storygraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu ke Curious Cat
Membaca memang asik ya kak
Iya, Mayuf 🙂
Kak Farah, selamat karena telah menuntaskan 64 buku bacaan di tahun 2020 🥳. Semoga di tahun 2021 bisa mencapai target membacanya kembali, ya 😁
Kita ada kemiripan dalam hal genre, Kak 🤣 seperti Kakak yang kaget bahwa genre fantasi masuk dalam daftar atas di bacaan Kakak. Aku juga kaget bahwa genre his-fic masuk top 3 bacaanku padahal menurutku, his-fic bukan genre favoritku 🤣. Begini ya hidup, semakin didekatkan dengan hal-hal yang tidak disangka-sangka huahahaha
Happy new year ya, Kak Farah 🥳. Jangan pernah lelah meracuniku dengan rekomendasi buku-buku dari Kakak 😁
Pss. Aku udah punya buku All The Light We Cannot See! Semoga bisa segera dibaca. Thank you untuk rekomendasinya, Kak 😉
Selamat tahun baru, Lia 😄 Semoga kamu suka All The Light We Cannot See, ya! Can't wait to hear your thoughts on them.
Seperti biasa bacaan mba Farah selalu menarik dari berbagai genre. Buku maybe you should talk to someone sepertinya bagus ya mba, bahkan diberi rating 5⭐️ oleh mba Farah sendiri 😯
Oiya selamat sudah menyelesaikan target membaca tahun 2020!! Happy new year mba 🎉😃
Selamat tahun baru, Reka!
Iya nih. Satu-satunya bacaan yang benar-benar aku suka dari Desember kemarin ya buku Maybe You Should Talk to Someone ini 😀
Hallo kak. Terimakasih sharing bacaannya. Beberapa kali lihat Parade Hantu Siang Bolong di Instagram ternyata memang tidak mengecewakan. Jadi ingin ikutan baca. Maybe You Should Talk to Someone juga akan kumasukkan ke daftar buku inceranku kak (wishlist). Oh ya selamat ya kak berhasil baca 64 buku di 2020. 👍😊
Thank you sudah mampir, Rizki 😁 Semoga kamu suka Maybe You Should Talk to Someone ya.
Halo, so interesting ya kak bikin pie chart dari bacaan. Aku jadi pengen tapi sejauh ini aku cuma list di buku tulis aja semua bacaan aku hahaha. Selamat ya kak berhasil baca 64 buku!! Dari list yang bulan Desember ini buku yang udah aku baca cuma Maybe You Should Talk to Someone dan aku setuju buku itu emang bagus banget!!! Selain dari cerita-cerita pasien, aku juga kagum sama keberanian si penulis untuk banting setir karir berkali-kali dan di usia yang nggak muda lagi. Kadang aku berharap bisa seberani itu. Selain itu aku juga udah lama pingin baca bukunya Talia Hibbert karna banyak yang bilang bagus dan gemes tapi belum kesampean.
Hi Anindya! Salam kenal ya.
Aku anaknya suka malas menulis atau update spreadsheet nih kalau perkara melacak bacaan. Makanya statistik dari The Storygraph ini membantu sekali 😄
Aku juga setuju tentang keberanian penulis buku MYSTtS. Tidak terbayang sih baru mulai sekolah kedokteran di pertengahan atau menjelang akhir 20-an. Aku harap masyarakat lokal kita bisa sesantai ini juga di masa depan. Jadi anak muda bisa merasa lebih bebas/berani dalam memilih jalan hidup yang mereka mau tanpa banyak tekanan.
Semoga kamu segera kesampaian untuk baca buku Talia Hibbert ya. Kalau mencari buku romantis yang wholesome memang buku beliau juaranya 😀
Terima kasih karena sudah mampir, Anindya!