Farah’s TOP 11 Reads for 2020

 

Dari komik, erotika, sampai kumpulan cerita… Berikut adalah daftar sebelas buku favorit yang aku baca di tahun 2020.

Melanjutkan tradisi di blog Far’s Books Space selama beberapa tahun terakhir, aku kembali menyusun daftar 11 bacaan yang berkesan bagiku dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal tidak biasa dalam daftar tahun 2020 ini adalah fakta bahwa nonfiksi mulai mendominasi. Berbeda sekali dari daftar buku tahun 2017, 2018, dan 2019 yang hampir eksklusif dihuni buku-buku fiksi.
Seperti biasa, daftar TOP 11 Reads tidak aku susun dalam bentuk ranking. Aku hanya mengurutkan buku berdasarkan waktu aku membaca mereka: dari awal tahun sampai akhir tahun 2020.
Komik sederhana tentang sekumpulan alien biru yang menggunakan bahasa secara tidak biasa ini tidak pernah gagal membuatku tersenyum. Aku tidak mengerti bagaimana, tapi kecenderungan mereka dalam memilih istilah rumit untuk mendeskripsikan sesuatu yang sangat biasa pada akhirnya menjadi komedi tersendiri. It’s the clever word play, I think. Kamu juga bisa menikmati komik ini secara gratis lewat Twitter atau Instagram resmi si pembuat komik.
Nostalgia & faktor relatability kiranya sangat mempengaruhi pendapatku tentang buku ini. Kalau tidak merasa terhubung dengan pengalaman si penulis yang terasa familiar, aku rasa aku tidak akan terlalu menikmati Semasa Kecil di Kampung. Aku pribadi menyukai memoar karena ada aspek introspeksi/refleksi dalam tulisannya. Hal ini tentu tidak aku temukan dalam autobiografi ini. Tapi, aku tetap bisa mengapresiasi bagaimana buku ini menunjukkan bahwa meskipun aku dan si penulis tumbuh di era yang berbeda, ada beberapa hal yang sama-sama kami lalui ketika tumbuh besar di lingkungan yang secara budaya kurang lebih mirip.
Meskipun notabene-nya adalah buku nonfiksi, aku sangat mengapresiasi bagaimana luwes & mudah diikutinya gaya penulisan buku ini. Ilustrasi ciamik yang melengkapi setiap halamannya juga sangat membantuku sebagai pembaca. Sebagai pemula dalam all-things-mythology, aku menemukan Mythology: An Illustrated Journey sebagai sumber bacaan yang informatif & menarik. Ulasan selengkapnya bisa dibaca dalam kirimanku di bulan Mei lalu, [16/05/20] Tentang Mythology An Illustrated Journey Into Our Imagined Worlds Karya Christopher Dell.
Memoar yang ditulis dalam bentuk kumpulan surat ini adalah bacaan cepat & lucu untuk penikmat nonfiksi di luar sana. Meskipun dibeli secara impulsif karena sedang diskon di Google Play Book, buku ini memang tidak mengecewakanku. Awalnya aku hanya ingin membaca beberapa surat saja sebagai pengantar tidur. Pada akhirnya aku malah begadang & menyelesaikan Dear Girls dalam sekali duduk. Ketika berbagi pengalamannya sebagai komedian stand-up perempuan keturunan Asia-Amerika di AS, Wong tidak pernah sekalipun menulis dengan nada menggurui. She remains hilarious & insightful until the very end, and I really enjoy that. Baca juga komentar yang aku tulis langsung setelah membaca Dear Girls di The Storygraph.
Thought-provoking dan well-written, It’s Not About the Burqa adalah buku menarik untuk pembaca yang ingin mencari tahu tentang isu feminisme dari sudut pandang WoC (Woman of Color), khususnya dalam konteks buku ini adalah wanita muslim. Aku merekomendasikan buku kumpulan esai ini untuk pembaca yang mencari bacaan nonfiksi eye-opening dan memperkaya sudut pandang kita sebagai seorang individu. 
Perjalanan self-discovery yang protagonis cerita ini lalui pasca bad breakup secara tidak terduga begitu mencerahkan hariku di bulan Juli 2020. Aspek erotika novel grafisnya tentu sangat menghibur untuk dibaca. Namun, hal yang membuat Cheat(er) Code masuk dalam daftar TOP 11 ini adalah fakta bahwa selain lucu & penuh dengan permainan kata, perkembangan karakter yang Kennedy lalui di sepanjang cerita sangat wholesome dan menyentuh hatiku sebagai pembaca. Aku merekomendasikan buku tipis ini untuk pembaca dewasa (21+) yang mencari sarana escapism penuh humor. Kalau tidak suka dengan buku yang dipenuhi explicit sex scenes, sepertinya Cheat(er) Code bukan buku untukmu. There’s a lot of those here…
Buku ini adalah kasus langka ketika buku yang aku on-hold selama beberapa tahun akhirnya menjadi bacaan favorit ketika aku coba baca lagi. Satu dan lain hal membuatku meninggalkan buku ini 5 tahun lalu. Lima tahun kemudian di 2020, aku memberi novel ini kesempatan kedua & menyelesaikannya dalam 2 kali duduk saja. It’s such a fun & fast book to read! Sejauh ini, Death on the Nile menduduki tempat kedua setelah And Then There Were None dalam daftar buku Agatha Christie favorit versiku. Trailer dari adaptasi film buku ini sebenarnya berjasa dalam membuatku membaca buku ini lagi. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak menyaksikan film bersangkutan karena ingin menghindari rasa kecewa.
Buku ini mengingatkanku pada alasan kenapa aku jatuh hati pada buku kumpulan cerpen. Meskipun pada dasarnya adalah buku yang mengumpulkan beberapa cerita pendek yang bisa berdiri sendiri, Serayu Malam… begitu engaging ketika dibaca karena tokoh dalam masing-masing cerpennya secara tidak langsung pernah bersinggungan dengan satu sama lain. Kereta Serayu Malam yang menjadi pusat dari cerita boleh dibilang menyatukan kisah para tokoh ini. Menyelesaikan halaman terakhir dalam Serayu Malam… terasa seperti menutup sebuah lingkaran yang dimulai dari cerpen pertama sampai ditutup oleh cerpen terakhir. Tidak mengherankan kalau pengalaman membaca kumcer ini begitu memuaskan.
Kalau mencari bacaan historical romance singkat & menghibur, aku rasa novella ini adalah novella untukmu. The Perilous Life of Jade Yao punya semua hal yang menarik minatku: historical settings, format epistolary, gaya penulisan penuh humor, sampai wholesome romance. Novella ini seperti ditulis khusus denganku dalam pikiran. Jadi, tidak mengherankan bukan kalau buku bersangkutan akhirnya sampai di daftar TOP 11 ini.

From Here to Eternity mengingatkanku lagi pada cinta lama di dunia perbukuan: buku catatan perjalanan. Gaya penulisan luwes, kaya humor, dan penuh rasa hormat juga membuat buku ini menjadi bacaan nonfiksi yang paling berkesan dalam pikiranku selama satu tahun terakhir. Ulasan lengkap tentang buku ini bisa dibaca dalam kirimanku dari bulan Desember 2020: [10/12/20] Tentang From Here to Eternity karya Caitlin Doughty

Bacaan yang aku selesaikan di penghujung 2020 ini adalah tipe buku nonfiksi yang begitu menenangkan ketika dibaca pada masa sulit dalam hidup. Gaya penulisan yang mengalir juga membuat buku yang hampir 500 halaman ini aku baca dalam kurun waktu 3 hari saja. The writing is that amazing, indeed. Aku akan merekomendasikan Maybe You Should Talk to Someone untuk pembaca yang sedang mencari memoar well written & informatif. Ini juga merupakan buku untuk pembaca yang tertarik pada bacaan nonfiksi bertema psikologi.

Honorable Mention

Axiom’s End – Lindsay Ellis

Satu-satunya sci-fi yang aku baca di tahun 2020. Boleh jadi satu-satu seri yang akan aku ikuti rilisnya selama beberapa tahun ke depan. Aku tidak pernah menyangka novel tentang first contact antara manusia dan alien bisa semenarik ini.

Destroyer – Victor LaValle, Dietrich Smith

Novel grafis yang aku baca untuk Fortnight Frights Marathon 2020 ini adalah surat cinta untuk novel klasik Frankenstein karya Mary Shelley. Victor LaValle membuat retelling yang sarat akan kritik sosial terhadap kondisi sosial/budaya di Amerika Serikat saat ini, namun tidak lupa untuk menyelipkan secercah harapan dalam kisahnya. An interesting & somber graphic novel to read in this social climate.
Apa TOP 11 (atau TOP 3?) buku versi-mu untuk 2020?

>>>

Farah mendata buku yang dia baca di The Storygraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu ke Curious Cat

0 thoughts on “Farah’s TOP 11 Reads for 2020

  1. Buku-bukunya beragam banget Mba, gak kayak aku yang genrenya itu lagi itu lagi 😆 Penasaran sama buku yang Mba baca berjudul 'Maybe You Should Talk to Someone' apalagi dengan 500 halaman Mba bisa abisin dalam 3 hari doang. Wah boleh banget jadi pilihan buku non-fiksi buat aku yang pengen mulai baca non-fiksi nih.

  2. Aku setuju dengan Kak Tika. Buku-buku Kak Farah genre dan bacaannya beragam sekaliii. Aku jadi dapat banyak rekomendasi buku baru 😍
    Salah dua yang ingin aku baca adalah Agatha Christie Death on The Nile, yang ini aku udah punya bukunya tapi belum giliran membaca. Dan Maybe You Should Talk To Someone juga menarik~ udah ada versi Indonesianya juga, jadi mungkin aku bisa coba baca nanti hihihi.

    Kalau top 3 bacaanku di tahun lalu ada Semua Ikan Di Langit, Na Willa, sama Aroma Karsa untuk fiksinya 😁 dan Hidup Apa Adanya untuk Non-fiksinya hihihi.

  3. Kalau tertarik baca Maybe You Should Talk to Someone, terjemahan bahasa Indonesianya juga sudah terbit lho Tika. Aku kurang tahu terjemahanannya bagus atau nggak, tapi waktu baca edisi bahasa Inggris gaya penulisannya memang mengalir banget. Aku sangat mendukung kalau kamu menjadikan ini buku pembukamu dalam ranah nonfiksi. Mengingat Tika tertarik baca buku pengembangan diri tapi belum menemukan yang cocok, siapa tahu ini adalah bukunya 😀

  4. Can't wait to hear your thoughts on Death on the Nile, Lia 😃 Aku awalnya tidak menyangka akan sesuka itu dengan buku ini. Eh, ternyata konflik dalam bukunya lumayan buat penasaran. Penyelesaian kasusnya juga memuaskan.

    Aroma Karsa sendiri sudah ada di wishlist-ku sejak lama… Aku suka banget seri Supernova-nya Dee! Karena belakangan sering baca buku bahasa Inggris, buku ini nggak kunjung dibaca juga sih 😆

  5. Serayu malam sudah aku masukkan kedalam tbr ku mba. Karena aku lagi suka banget membaca kumpulan cerpen, entah kenapa satu buku dengan beragam kisah itu sangat menyenangkan 😁

    Hm..untuk top3 di tahun 2020 sepertinya jatuh kepada; Kumcer Saksi mata , The good son dan Perempuan di titik nol ✌🏻

  6. Karena mba Farah bilang sudah diterjemahkan ke bahasa indonesia, aku baru aja ngecek gramedia digital dan ternyata edisi ebooknya sudah tersedia disana. Thanks a lot untuk informasinya mba Farah 👌

    Mba Tika barangkali mau langsung cek di gramdig 😁

  7. Semoga kamu suka kumcer ini ya, Reka 😉 Tahun ini aku pun ingin kembali baca buku kumcer lagi. 80% buku kumcer yang sudah aku baca sejauh ini aku baca 3 tahun lalu 😅 Dua tahun belakangan sudah jarang eksplor kumcer baru. Jadi kangen sendiri…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *