Februari 2018: Your Average Reading Month

 3 buku sudah aku selesaikan
bulan ini!


Sejak dulu, aku memang tidak
termasuk dalam tipe pembaca yang mampu membaca banyak buku dalam waktu singkat.
Sampai saat ini, aku masih terkagum-kagum ketika mengenal seseorang yang mampu
membaca 10 buku dalam kurun waktu 1 bulan. Belum lagi beberapa orang lain yang
dengan lancarnya sudah melahap sekitar 20 sampai 30-an buku ketika memasuki bulan
ke-3 di tahun 2018 ini. Sejauh ini jumlah buku terbanyak yang mampu aku baca
dalam waktu sebulan adalah 8 buku di bulan September tahun lalu. Meskipun di satu sisi
benar-benar berkeinginan untuk meningkatkan kecepatan membacaku, aku menyadari
bahwa kebiasaan membaca seperti inilah yang benar-benar membuatku senang. Pada
akhirnya aku membaca karena ini kegemaranku, bukan? Sayang rasanya kalau merasa
terbebani karena hal yang seharusnya menyenangkan hatiku ini.

Pada akhirnya kebiasaan membaca
dikembalikan pada diri kita masing-masing. Tidak perlu minder atau merasa
tertinggal kalau belum membaca buku sebanyak orang lain. Setiap orang memang
memiliki pace-nya masing-masing. Jadi, tidak perlu memaksakan diri dan
malah stress sendiri karena hal ini. Kita membaca karena kita senang ketika
melakukannya, bukan?

Setelah membagi waktu antara
kesibukan dunia nyata dan hiburan lain seperti menonton film dan jalan-jalan,
aku berhasil menamatkan 3 buku ini di bulan Februari 2018:

Setelah jatuh hati pada buku tentang
buku pasca membaca The Storied Life of A.J Fikry di awal
tahun ini, aku yang bersemangat langsung mencari buku-buku lain yang tema
ceritanya tidak jauh-jauh dari dunia perbukuan. Aku akhirnya langsung
menjatuhkan pilihan pada karya klasik ini. Membaca buku dystopia tentang
komunitas masa depan dimana semua buku dimusnahkan dan kepemilikannya dilarang
memang cukup mengerikan. Membaca Fahrenheit 451 membuka mataku dan
membuatku ngeri sendiri karena beberapa kesamaan dalam ceritanya dengan hal-hal
yang terjadi di era kita saat ini.

Kisah satir
dalam balutan cerita untuk anak-anak ini adalah salah satu bacaan paling eye-opening
bagiku secara pribadi. Makna tersirat dalam kisah The Little Prince yang
memperlihatkan bagaimana berbedanya pola pikir anak-anak dan orang dewasa
terasa sangat mengena karena setiap orang pasti akan melalui tahap ini dalam
hidup. Fakta bahwa cepat atau lambat akan ada hal yang hilang seiring dengan
semakin dewasanya kita membuat buku ini menjadi bacaan yang cukup miris.

Setelah jiwa ini terkuras dengan 2
bacaan miris yang sudah aku uraikan di atas, aku memutuskan untuk membaca buku
komedi ringan sebagai penutup bulan Februari. Berbeda dari buku-buku Radit
sebelum ini, buku ke-8 Raditya Dika yang bertajuk ‘Ubur-Ubur Lembur’ terasa
lebih serius dan reflektif dibandingkan buku pendahulunya. Meskipun begitu,
buku ini tetap tidak meninggalkan humor khas Raditya Dika dalam ceritanya. It’s
an enjoyable read seriously.

Bagaimana denganmu?

Sejauh apa perkembangan bacaanmu
tahun ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *