Buku ini tidak akan cocok untuk semua orang. Mungkin sebagian orang akan membencinya dan sebagian yang lain mungkin menyukainya.
Informasi Buku
Judul: Mereka Bilang, Saya Monyet!
Penulis: Djenar Maesa Ayu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020322469
Cetakan: kesebelas
Tahun publikasi: 2016 (pertama kali dipublikasikan pada tahun 2002)
Jumlah halaman: 135 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
Sepanjang hidup saya melihat manusia berkaki empat. Berekor
anjing, babi atau kerbau. Berbulu serigala, landak, atau harimau. Dan berkepala
ular, banteng, atau keledai. Namun tetap saja mereka bukan binatang. Cara
mereka menyantap hidangan di depan meja makan sangat benar. Cara mereka
berbicara selalu menggunakan bahasa dan sikap yang sopan. Dan mereka membaca
buku-buku bermutu. Mereka menulis catatan-catatan penting. Mereka bergaun indah
dan berdasi.Bahkan konon mereka mempunyai hati. Saya
memperhatikan bayangan diri saya di dalam cermin dengan cermat. Saya berkaki
dua, berkepala manusia, tapi menurut mereka, saya adalah seekor binatang. Kata
mereka, saya adalah seekor monyet. Waktu mereka mengatakan itu kepada saya,
saya sangat gembira. Saya katakan, jika saya seekor monyet maka saya
satu-satunya binatang yang paling mendekati manusia. Berarti derajat saya
berada di atas mereka.Tapi mereka manusia bukan binatang, karena mereka
mempunyai akal dan perasaan. Dan saya hanyalah seekor binatang. Hanya seekor monyet….
“Itu yang barusan aku baca apa ya?”
Bisa jadi para pembaca lain yang baru pertama kali berkenalan dengan karya Djenar juga merasa seperti ini. Keterkejutanku sebenarnya lebih karena aku tidak biasa dengan karya seperti ini. Dalam kumpulan cerpen ini Djenar menyampaikan cerita-cerita dalam Mereka Bilang Saya Monyet dengan sangat lugas dan blak-blakan. Bahkan beberapa bagian dalam kumpulan cerpen ini cenderung vulgar dan eksplisit. Aku bisa mengerti bahwa pasti tidak semua orang menyukai cerpen-cerpen seperti ini. Terlepas dari muatan seksual yang cukup kental dalam beberapa cerita, dibalik cerita-cerita ini memang tersimpan pesan yang dalam.
Secara pribadi cerpen favoritku dalam buku kumpulan cerpen ini adalah “Waktu Nayla” dan “SMS”.
Aku sepertinya tidak akan membaca ulang buku kumpulan cerpen ini lagi di masa yang akan datang akan tetapi, gaya kepenulisan Djenar yang sangat khas memang patut untuk diapresiasi.