“Meski terdengar klise, memang benar bahwa saya tidak pernah sendiri selama perjalanan [panjang ke luar negeri] itu.“
Informasi Buku
Judul: Traveling Aja Dulu!
Penulis: Olivia Dianina Purba
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020622071
Tahun publikasi: 2018
Jumlah halaman: 256 halaman
Buku: milik pribadi (terima kasih atas kiriman bukunya Kak Olivia!)
Bahasa: Indonesia
Kategori umur: young adult
Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
Olivia telah bepergian ke 35 negera di dunia, hampir seluruhnya didanai. Dalam buku ini, ia akan menceritakan pengalamannya dan tips and trick seru yang bisa dipraktikkan, baik bagi kamu yang newbie maupun expert dalam dunia traveling.Dalam buku ini kamu akan mendapatkan paket lengkap, yakni;> Alasan-alasan penting untuk traveling> Visa, paspor, dan asuransi perjalanan> Koper isi minimalis> Cara mendapatkan sponsor traveling dan kerja samnil kuliah di luar negeri> Menjalin pertemanan di seluruh dunia> Berhemat saat traveling> Cerita traveling yang inspiratif dan informatifJadi, tidak masalah kalau bujetmu terbatas dan bukan terlahir dari keluarga kaya raya, masih ada banyak jalan menuju Roma.Tidak percaya? Kalau begitu, buku ini tepat untukmu!
Menurut Farah Tentang Buku Ini
Beberapa bulan sudah berlalu sejak aku terakhir kali membaca buku-buku travelogue/catatan perjalanan. Pada satu titik dalam beberapa tahun terakhir, aku memang akan selalu kembali ke bacaan sejenis ini. Buku travelogue ibarat bacaan penenang (comfort read?) untukku. Sepanjang tahun aku sudah berkelana ke berbagai semesta dalam buku fiksi & tenggelam dalam beragam argumen di buku non-fiksi. Membaca travelogue yang notabene-nya adalah tulisan personal tentang pengalaman, pengamatan, kesan, serta pemikiran yang singgah ke pemikiran seorang penulis yang tengah berinteraksi dengan lingkungan baru entah kenapa terasa menenangkan. Kejujuran para penulis ini dalam memaparkan kisah-kisah mereka & kekaguman yang dapat kita rasakan dalam setiap tulisan boleh jadi merupakan beberapa hal yang membuat buku-buku travelogue begitu mempesona buatku.
Ketika Kak Olivia (@odianina) dari @traveling.aja.dulu
datang dengan tawaran menarik untuk mengulas sebuah buku yang merupakan
gabungan memoar & catatan perjalanan (a.k.a 2 jenis buku yang
menarik hatiku!), aku langsung setuju. Secara garis besar, Traveling Aja Dulu! merupakan buku catatan perjalanan seseorang yang berkesempatan singgah ke beberapa puluh negara di dunia lewat jalur yang juga bisa ditempuh masyarakat kebanyakan. Pembaca juga bisa menemukan beragam tips & trik berfaedah yang bisa langsung diterapkan ketika ingin mulai ber-traveling ria. Traveling Aja Dulu! juga menyemangati kita agar tidak ragu untuk memulai traveling, bahkan ketika harus melakukannya sendiri.
datang dengan tawaran menarik untuk mengulas sebuah buku yang merupakan
gabungan memoar & catatan perjalanan (a.k.a 2 jenis buku yang
menarik hatiku!), aku langsung setuju. Secara garis besar, Traveling Aja Dulu! merupakan buku catatan perjalanan seseorang yang berkesempatan singgah ke beberapa puluh negara di dunia lewat jalur yang juga bisa ditempuh masyarakat kebanyakan. Pembaca juga bisa menemukan beragam tips & trik berfaedah yang bisa langsung diterapkan ketika ingin mulai ber-traveling ria. Traveling Aja Dulu! juga menyemangati kita agar tidak ragu untuk memulai traveling, bahkan ketika harus melakukannya sendiri.
Apa hal berbeda yang ditawarkan buku ini?
Dalam Traveling Aja Dulu!, Olivia Dianina Purba menawarkan sudut pandang baru dalam lautan cerita-cerita perjalanan yang sudah ada. Sebagian besar travelogue yang sudah aku baca sejauh ini dituturkan dari sudut pandang traveler yang menjadikan traveling sebagai sarana escapism (rehat sejenak) dari rutinitas & pekerjaan mereka. Traveling & pekerjaan biasanya adalah 2 hal yang terpisah. Menariknya, dalam Traveling Aja Dulu! kita akan melihat bagaimana traveling dan sepak terjang profesional seseorang dalam dilakukan dengan bersisian. Buku ini memang fokus pada bagaimana seseorang dapat berkelana ke berbagai negara dengan modal seminimal mungkin. Caranya bagaimana? Memanfaatkan jalur pendidikan tentu saja!
Buku 256 halaman ini dibagi ke dalam 10 bab & ditutup dengan sebuah epilog. Dalam 4 bab awal, penulis menjabarkan tips&trik pribadinya ketika traveling. Enam bab berikutnya merupakan kumpulan cerita penulis tentang pengalamannya mengunjungi berbagai tempat; pengalaman traveling pertama, kemana menuntut ilmu membawanya, tempat-tempat apa saja yang sempat dia kunjungi di tengah menunaikan kewajiban profesional di berbagai negara. Beragam grant, beasiswa, maupun program yang mengantarkan penulis ke beragam tempat ini juga tidak ketinggalan uraiannya dalam buku Traveling Aja Dulu!
Bagian favoritku tentu saja adalah anekdot yang lahir dari pengamatan penulis dalam perjalanannya melanjutkan pendidikan tinggi di Australia ini;
Bagian Favorit: Tentang Canberra & Minimnya Transportasi Umum
Sebagai seorang pejalan kaki & pengguna transportasi umum garis keras, topik tentang pilihan transportasi umum di berbagai tempat selalu menarik minatku. Sebagai seseorang yang lahir serta besar di Indonesia dan belum ada kesempatan untuk traveling lintas benua, aku selalu berasumsi bahwa benua seperti Australia secara merata sudah memiliki sistem transportasi umum nan efektif & menjadi idaman semua pengguna transportasi umum di luar sana. Ternyata asumsi ini tidak sepenuhnya benar ya kalau merujuk pada penuturan Kak Olivia tentang kota Canberra dalam ‘Bab 7: Traveling Sambil Kuliah di Luar Negeri‘.
Sepertinya tidak peduli di negara maju ataupun negara berkembang, beberapa tempat memang memiliki sistem transportasi umum yang lebih efektif/efisien daripada tempat lain (tata kota & faktor lain tentu saja mempengaruhi hal ini!). Glad to know this fact before I have chances to explore Australia myself.
Honorable mention (bagian favorit Farah): tulisan kedua dalam ‘Bab 8: Rasanya Tinggal di Berbagai Benua‘, membuatku tergoda & ingin mampir ke kota Medellin di Kolombia juga!
More Anecdote, Please!
Menuju ke akhir buku, sayang sekali beberapa bagian menjadi agak monoton. Aku tentu bisa maklum mengingat bagaimana buku ini ditulis dengan gaya catatan perjalanan yang personal. Bagian yang terasa monoton biasanya berisi daftar beruntun beragam tempat/atraksi wisata yang sempat penulis kunjungi.