Selain dari fakta menarik bahwa cerpen/cerita pendek/short stories menyediakan ruang terbatas untuk “ledakan” yang besar seperti yang diungkapkan Leila S. Chudori dalam pengantar buku kumpulan cerpen Malam Terakhir-nya, keuntungan membaca cerpen yang lain adalah bahwa cerpen merupakan bacaan menyenangkan bagi beberapa pembaca yang hanya memiliki waktu “sedikit” untuk membaca. Cerpen mungkin juga merupakan pilihan tepat bagi pembaca yang mudah bosan sepertiku. Aku dapat menyelesaikan 4 buku pada bulan Maret. Dua buku di antara ketiganya sendiri adalah buku kumpulan cerpen.
Berikut adalah daftar bacaanku pada bulan Maret 2017:
Novel karya Jonas Jonasson ini merupakan kombinasi unik dari cerita satir dan komedi. Kalau kau menikmati bacaan yang dipenuhi guyonan cerdas sepertinya buku ini memang untukmu. Dan terkait dengan rangkuman ceritanya… Well, the book title basically speaks for itself.
Malam Terakhir merupakan karya pertama dari Leila S. Chudori yang pernah aku baca. Malam Terakhir adalah sebuah buku kumpulan cerpen yang penuh dengan bahasa puitis dan metafora dalam setiap ceritanya.
Buku ini adalah buku kumpulan cerpen kedua karya Eka Kurniawan yang pernah aku baca. Tanpa ragu lagi aku menasbihkan buku ini sebagai bacaan favoritku untuk bulan Maret. Salah satu cerpen dalam buku ini yang berjudul “Gincu Ini Merah, Sayang” meninggalkan kesan yang dalam bagiku (bahkan sampai detik ketika aku menulis postingan ini).
Ini merupakan karya kedua dari Oscar Wilde yang pernah aku baca dan merupakan pengalaman pertamaku dalam membaca naskah play/sandiwara. Oscar Wilde meramu sandiwara ini penuh dengan sindiran nakal dan lucu. Lelucon-lelucon menyindir dalam sandiwara ini seolah tidak akan lekang oleh zaman.
Meskipun bulan April sudah bergulir selama satu minggu, aku belum menyelesaikan buku apapun sampai saat ini. Apakah aku mengalami reading slump bulan ini?
Well…
Sampai jumpa di Montly Reading List bulan depan 😉