Januari 2021: Bulan Baca Biasa Saja

Dari YA sampai novel Agatha Christie, berikut daftar enam buku yang aku baca di bulan pertama tahun 2021.

2021 dibuka dengan serangkaian buku biasa saja dari segi rasa sukaku sebagai pembaca. Dari beberapa buku ini, hanya satu buku yang menurutku pas untuk dibaca di awal tahun karena ceritanya yang menghangatkan hati & membuat pembaca merasa lebih hopeful tentang kehidupan secara umum.


Berikut garis besar statistik bacaanku menurut situs buku alternatif, The StoryGraph:


Statistik Menunjukkan…

Di bulan Januari 2021, aku berhasil menamatkan enam buku (1.260 halaman). Tiga buku merupakan buku elektronik (e-book) yang dibaca melalui Google Play Book & Scribd. Dua buku aku nikmati dalam wujud audiobook (juga lewat Scribd) dan satu buku merupakan buku fisik yang aku pilih secara acak dari timbunan di rak. Dilihat dari daftar bukunya, bacaan bulan ini memang didominasi buku yang sudah ada di TBR fisik/digital-ku sejak lama. Aku harap aku bisa mempertahankan tren ini sepanjang tahun, mengingat rencanaku yang memang ingin membabat jumlah buku di TBR pribadi selama beberapa tahun terakhir.

Dilihat dari mood bacaan, tidak mengejutkan mungkin ketika bacaanku didominasi buku emotional & reflektif. Bacaan jenis ini memang go-to-ku sepanjang tahun. Hal yang menarik adalah bagaimana tahun baru membuatku mendadak tergerak untuk membaca buku dengan mood hopeful.


Kalau mengintip alur bacaan, buku beralur cepat masih menjadi bacaan primadona. Aku cukup senang bagaimanapun juga karena bisa menyelesaikan satu buku beralur lambat lagi. Perubahan juga tampak ketika melihat statistik jumlah halaman buku. Pada Desember 2020, 75% bacaanku adalah buku <300 halaman. Tahun baru akhirnya mengantarkanku pada ritme membaca yang bisa fokus menyelesaikan buku 300-400 halaman.


Tidak hanya itu saja, bacaan fiksi juga kembali berjaya di bulan Januari (5/6 buku). Setelah mengintip statistik lebih detail, ternyata rasio bacaanku memang hampir selalu 75:25 untuk fiksi & nonfiksi dari tahun ke tahun. Nonfiksi begitu bersinar pada 2020 karena buku-buku ini akhirnya mengisi jajaran Top 11 Reads yang biasanya diduduki buku fiksi. Jadi ya, aku rasa prediksiku tahun lalu tentang bagaimana rasio bacaan fiksi & nonfiksi akan mendekati 50:50 tidak akan terjadi dalam waktu dekat.


Satu hal yang berjasa dalam membuat buku YA & LGBTQ+ mendominasi daftar bacaan bulan ini (dan bisa jadi sepanjang tahun) adalah klub buku The Diversitea di Twitter. Kalau mencari klub buku lokal yang fokus merekomendasikan/mendiskusikan bacaan diverse/own-voice, The Diversitea sepertinya adalah klub buku untukmu. Keterlibatanku dengan klub buku ini juga membuatku bersemangat untuk membaca buku YA & LGBTQ+ yang masih banyak bersenyam di TBR digital.


Jangan heran juga kalau genre misteri/crime mendadak rutin muncul dalam rangkaian tulisan Monthly Reading List ini. Masih dengan semangat membabat TBR (kali ini TBR fisik), aku akan berusaha untuk membaca satu buku Agatha Christie setiap bulan sepanjang 2021. Aku memang memiliki setumpuk buku karya penulis yang satu ini di rak. Buku-buku ini sudah nongkrong di sana selama > 6 tahun. Sepertinya waktu untuk membaca mereka sudah datang.

Daftar Bacaan

  • The Weight of Our Sky – Hanna Alkaf (A historical fiction that isn’t about world war & written by SEA author)

Aku (akhirnya) membaca buku yang sudah lama duduk manis di TBR ini karena The Diversitea menjadikan buku ini sebagai book pick pertama mereka pada 2021. The Weight of Our Sky adalah bacaan yang cocok untuk pembaca yang baru pertama kali mencoba genre fiksi sejarah (historical fiction). Gaya bahasa yang digunakan juga ramah untuk pembaca yang masih membiasakan diri dengan buku berbahasa Inggris.  Novel ini juga terbilang tipis (<300 halaman) sehingga sangat mungkin untuk dibaca dalam waktu singkat.


Aku membaca edisi buku elektronik The Weight of Our Sky melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.



  • The House in the Cerulean Sea – T.J. Klune (A story about found-family & being brave enough to choose happiness for yourself, January favorite reads!)

Betul sekali, Kawan. Ini lah buku hopeful yang berhasil menghangatkan hatiku di awal tahun. Fantasi tidak selalu menjadi pilihan bacaan pertamaku, tapi novel ini berhasil menggabungkan aspek buku kontemporer & fantasi dengan seimbang. Cocok untuk pembaca yang mencari buku fantasi yang tidak terlalu berbeda dari realita kita. Juga buku untuk pembaca yang ingin menikmati cerita wholesome & mengundang senyum. FF (fanfic) hurt/comfort adalah bacaan favoritmu? Sepertinya The House in the Cerulean Sea adalah novel untukmu juga! 


Aku membaca edisi audiobook The House in The Cerulean Sea melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


Buku ini adalah sebuah kekecewaan. Aku punya ekspektasi tinggi karena aku menemukan Ghostland dari rekomendasi Youtuber yang video-videonya sangat aku nikmati. Topik yang diangkat dalam buku ini pun sejalan dengan minatku pada hal/tempat berbau sejarah & punya reputasi supernatural. Sayang sekali, buku nonfiksi beralur lambat ini sangat sulit untuk dibaca karena gaya penulisan bertele-tele & format buku membingungkan. Meskipun menemukan beberapa informasi menarik, gaya penulisan tidak bersahabat ini benar-benar menghilangkan kesenanganku dalam membaca buku ini.


Aku membeli edisi buku elektronik Ghostland di Google Play Book.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


  • Mrs. McGinty Sudah Mati/Mrs. McGinty is Dead – Agatha Christie (Hercule Poirot detective story set in English country-side)

AKA buku Agatha Christie pertama yang aku baca tahun ini. Secara keseluruhan, Mrs. McGinty Sudah Mati adalah bacaan cepat & singkat. Meskipun bukan magnum opus Agatha Christie, aku tetap menikmati pengalamanku membaca buku ini. Tanpa terasa aku jadi membandingkan vibe yang diberikan novel ini dengan novel Pembunuhan di Sungai Nil/Death on the Nile yang aku baca sekitar 3 bulan lalu. Cerita dalam Pembunuhan di Sungai Nil begitu melankolik & dramatis ketika dibaca. Di sisi lain, ada sesuatu yang ringan & penuh humor tentang gaya penulisan Agatha Christie dalam Mrs. McGinty Sudah Mati ini. Definitely a book for readers that are looking for a lighter detective novel.     


Buku ini adalah satu buku dari bundel novel Agatha Christie yang aku beli di toko buku > 6 tahun lalu.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph



Kalau mencari novel yang mengikuti perjalanan seorang protagonis dalam membangun hubungan lebih baik dengan diri sendiri & orang di sekitarnya, Darius the Great Is Not Okay sepertinya adalah novel untukmu. Cerita Darius juga adalah cerita tentang identitas & berdamai dengan diri sendiri. Lagi-lagi novel untuk pembaca yang suka membaca cerita hurt/comfort. Meskipun ditutup dengan vibe yang lumayan hopeful, buku ini tidak se-memorable The House in the Cerulean Sea karena aku masih mengharapkan agar plot line tentang male friendship dalam novel ini bisa lebih digali lagi.   


Aku membeli edisi buku elektronik Darius the Great Is Not Okay di Google Play Book.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


  • If You See Me, Don’t Say Hi – Neel Patel (Collection of short stories following the life of various first generation Indian-American characters) 

Kumcer ini sampai di radarku berkat algoritma rekomendasi The StoryGraph. Their book recs algorithm is on point, Folks! Belakangan aku memang tertarik untuk mengeksplorasi kumcer semacam ini. If You See Me, Don’t Say Hi bukan kumcer untuk pembaca yang mencari sarana eskapisme. Cerpen dalam kumcer ini sangat realistis dan begitu suram ketika dibaca. Walaupun gaya penulisannya indah & memiliki banyak potensi, tema & karakter yang ada dalam cerpen-cerpen ini menjadi begitu repetitif di akhir. Not the biggest fan of this book, unfortunately.    


Aku membaca edisi audiobook If You See Me, Don’t Say Hi melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.

Bagaimana denganmu? Sudah menemukan bacaan favorit baru bulan ini? 


Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The StoryGraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

0 thoughts on “Januari 2021: Bulan Baca Biasa Saja

  1. Iya, Kak Ipeh. Tampilan situsnya pun lowkey & tidak terlalu ramai. Farah sangat mendukung kalau Kak Ipeh ingin mencoba The StoryGraph 😀 Farah belum genap satu tahun melacak bacaan di situs ini tapi sudah betah banget. Sudah siap sih untuk move on sepenuhnya dari Goodreads hehehe.

  2. Semakin suka dengan aplikasi TSG yang bisa melihat arah grafik mood bacaan kita. Membaca grafik dari teman-teman pembaca lain juga menyenangkan sekali! dan kalau dilihat dari punya mba Farah, ada satu mood bacaan yang belum pernah masuk ke dalam daftar bacaan aku, yaitu Hopeful, hohoho.

    The weight of our sky memang sempat ramai berseliweran di timelineku, mengingat tahun ini aku juga ingin menambah bacaan Hisfic dan setelah baca review dari mba Farah di TSG sepertinya buku ini punya daya tarik; protagonis yang punya OCD di masa perang, ini menarik banget mba Faraaah :')

  3. Kita samaan kok Reka 😀 Aku pun baru sadar kalau aku jarang baca buku hopeful setelah pakai TSG. Akhirnya coba baca buku hopeful awal tahun ini & ternyata memang menyenangkan.

    Kalau Reka memutuskan untuk baca The Weight of Our Sky, jangan lupa intip trigger warnings ya. Tema yang dibahas dalam buku bersangkutan soalnnya lumayan serius. Deskripsi tentang OCD pun gamblang sekali. Bukan bacaan yang mudah sih bukunya walaupun kategorinya adalah buku YA.

  4. Aku pribadi lebih memilih The House in Cerulean Sea, Lia karena buku ini wholesome & membuat senang ^^ Novelnya cocok untuk pembaca yang menjadikan bacaan sebagai sarana hiburan/escapism. Walaupun The Weight of Our Sky juga menarik, tema yang diangkat dalam novelnya terbilang serius & agak berat. Baca novel ini cenderung membuat kita ikut stress sendiri :")

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *