[17/09/16] Tentang Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

Sepertinya aku tidak akan membaca buku ini kembali di masa yang akan datang. Akan tetapi, kisah dan kesan yang ditinggalkannya akan selalu aku ingat.


Informasi Buku 
Judul: Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis: Ahmad Tohari
Ilustrasi dan desain sampul: Adi Permadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789792201963
Cetakan: kesebelas
Tahun Terbit: 2016 (pertama kali dipublikasikan pada 2003)
Jumlah halaman: 408 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan juga buku ini di Goodreads


Blurb

Gabungan 3 buku seri Dukuh Paruk:
Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari & Jantera Bianglala.

Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejak
Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang
mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil
dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya dukuh itu merasakah
kehilangan jati diri.
Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat
terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama
ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pekabat-pejabat desa maupun kabupaten.
 Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh
tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka
terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan
negara ini. Pedukuhan itu dibakar. Ronggeng berserta para penabuh calung
ditahan.Hanya karena kecantikannya Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh
para penguasa penjara itu.
 Namun pengalaman pahit sebagai tahanan
politikmembuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itulah
setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin lagi melayani
lelaki manapun. Ia ingin menjadi wanita somahan. Dan ketika Bajus muncul dalam
hidupnya sepercik harapan muncul, harapan yang semakin lama semakin besar (Goodreads).

Menurut Farah Tentang Buku Ini

Cerita
dalam “Ronggeng Dukuh Paruk” berpusat pada kehidupan tokoh utama wanitanya,
Srintil. Meskipun masih berusia belia, Srintil yang telah dinobatkan sebagai
ronggeng baru di Dukuh Paruk membangkitkan gairah dan semangat dari desa yang
kecil dan diliputi oleh kemiskinan itu. Srintil menjadi lambang mereka. Menjadi
seseorang yang dipuja dan disanjung. Keberadaan Srintil seolah memunculkan jati
diri dari Dukuh Paruk yang sudah lama menghilang. Ronggeng Srintil menjadi
lambang kebanggaan dari Dukuh Paruk.


Namun,
waktu-waktu baik dan penuh suka cita tentu saja tidak akan berlangsung
selamanya. Beriringan dengan hal baik yang terjadi, mau tidak mau pasti hal
buruk akan menghampiri juga. Di tengah masa jaya mereka, rombongan ronggeng
dari Dukuh Paruk yang dapat dikatakan naif itu akhirnya dituduh terlibat dalam
kemelut politik yang terjadi pada tahun 1965. Pedukuhan yang sempat hidup
kembali itu pun seketika meredup dan seolah mati kembali. Rombongan ronggeng
mereka ditahan. Srintil harus mencicipi kehidupan di balik jeruji besi di usia
yang terbilang muda.


Kejadian
demi kejadian yang menimpa silih berganti mulai menyadarkan Srintil tentang
berbagai hal. Srintil mulai menyadari keinginannya sendiri.


Ketika
Srintil dengan susah payah telah mengumpulkan keping-keping dirinya kembali.
Apa yang akan terjadi ketika kumpulan keping itu akhirnya kembali dihancurkan
lagi oleh harapan yang dia rangkai sendiri?


Apa
yang akan terjadi pada Srintil dan Dukuh Paruk?


***


Ada
dua kelompok buku dalam daftar bacaanku. Kelompok pertama adalah kelompok
buku-buku yang dapat aku selesaikan langsung dengan cepat, biasanya hanya
dengan sekali duduk. Kelompok kedua sendiri merupakan buku-buku yang
membutuhkan waktu lama bagiku untuk membacanya. Dalam hal ini, “Ronggeng Dukuh
Paruk” termasuk ke dalam kelompok kedua. Dari 408
 halaman buku ini, tidak terhitung
berapa kali lagi jeda dan rehat yang aku lakukan. Kalau dihitung-hitung, aku
memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan untuk menyelesaikan buku ini.


Ahmad
Tohari menggambarkan Dukuh Paruk dengan sangat detail. Tidak hanya tentang
Dukuh Paruk saja, latar suasana dan latar tempat juga digambarkan dengan
gamblang dalam “Ronggeng Dukuh Paruk”. Sebagai seorang pembaca yang sangat
menikmati detail tentang suasana dalam sebuah cerita, aku sangat menyukai cara
penuturan dalam buku ini. Kesulitan yang sempat menghampiriku ketika membaca
“Ronggeng Dukuh Paruk” adalah dari kemunculan berbagai istilah dalam bahasa
daerah yang tidak semuanya aku ketahui makna dan artinya. Aku sempat kesulitan
ketika berusaha memahami makna dan maksud dari istilah-istilah ini.


Mengikuti
perkembangan yang dilalui oleh Srintil dari awal sampai akhir cerita
meninggalkan berbagai perasaan di hatiku. Aku sempat dibuat bingung, tidak
percaya dan kaget sendiri. Srintil sebenarnya adalah seorang wanita yang menyadari
apa yang dia inginkan dan apa yang tidak dia inginkan. Namun, Srintil terkadang
juga bisa menjadi seseorang yang terlalu naif.


Tokoh
favoritku sendiri dalam cerita ini adalah Sakum. Terlepas dari kekurangan yang
dimilikinya, Sakum seolah membawa angin segar bagiku. Sakum terkadang dapat
melakukan hal yang konyol, namun dilain waktu dia malah menjadi seseorang yang
sangat bijak. Karakter seperti ini sangat menyenangkan.


Hal
yang krusial bagiku dalam memutuskan pendapat tentang sebuah cerita terletak pada
bagian penutup dari ceritanya. Kesan yang aku rasakan ketika sudah selesai
membaca cerita juga sangat mempengaruhi pendapatku.“Ronggeng Dukuh Paruk”
ditutup dengan akhir yang meninggalkan kesan tersendiri untukku. Aku sangat
menyukai bagaimana “Ronggeng Dukuh Paruk” diakhiri. Mungkin saja bagian akhir
dari cerita ini tidak akan dinikmati oleh semua orang. Tapi, pengaruh dan kesan
yang ditinggalkan oleh ceritanya secara keseluruhan akan selalu aku ingat.


Kalau
kau berminat akan bacaan berlatar belakang sejarah dan dipadu dengan kisah yang
penuh dengan ironi di dalamnya, tidak ada salahnya untuk membaca “Ronggeng
Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari.



Rating
3,5/5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *