“[Cannery
Row’s] inhabitants are, as the man once said, ‘whores, pimps, gamblers, and
sons of bitches,’ by which he meant everybody. Had the man looked through
another peephole he might have said, ‘saints and angels and martyrs and holy
men,’ and he would have meant the same thing.”
(I’m not going to lie. Sesungguhnya
pilu pasca membaca Of Mice and Men masih tinggal sampai sekarang
*menghela nafas panjang)
Row’s] inhabitants are, as the man once said, ‘whores, pimps, gamblers, and
sons of bitches,’ by which he meant everybody. Had the man looked through
another peephole he might have said, ‘saints and angels and martyrs and holy
men,’ and he would have meant the same thing.”
Informasi Buku
Judul:
Cannery Row
Cannery Row
Penulis:
John Steinbeck
John Steinbeck
Penerjemah:
Eka Kurniawan
Eka Kurniawan
Penerbit:
Bentang Pustaka
Bentang Pustaka
Bahasa:
Indonesia
Indonesia
ISBN:
9786022914075
9786022914075
Tahun
publikasi: 2017 (Pertama kali dipublikasikan tahun 1945)
publikasi: 2017 (Pertama kali dipublikasikan tahun 1945)
Cetakan:
Pertama (Juli 2017)
Pertama (Juli 2017)
Jumlah
halaman: 244 halaman
halaman: 244 halaman
Buku:
milik pribadi
milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
Cannery Row memiliki kisah
sederhana yang berusaha menangkap suasana dan penduduk di Monterey, California,
yang merupakan perpaduan dari orang-orang kaya dan mereka yang berusaha untuk
mencari peruntungan. Cerita Cannery Row mengikuti kisah Mack dan gengnya,
sekelompok pengangguran banyak akal, yang ingin berbuat sesuatu kepada Doc,
ahli kelautan yang selalu berbuat baik kepada mereka.
Menurut Farah Tentang Buku Ini
Cannery Row merupakan karya kedua John Steinbeck yang
pernah aku baca setelah Of Mice
and Men. Aku memang memutuskan untuk membeli Cannery Row
beberapa bulan lalu tidak berselang lama setelah selesai membaca kisah tragis
persahabatan George dan Lenny. Rasa penasaran akan novel lain yang ditulis John
Steinbeck sedang tinggi sekali waktu itu. Tidak cukup sampai di sana, Cannery
Row sendiri juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Eka
Kurniawan, salah satu penulis Indonesia favorit dengan deretan karya
yang juga bagus. Ekspektasiku terhadap novel ini juga menjadi tinggi. Tanpa
sadar aku juga menjadikan Of Mice and Men sebagai pembanding ketika
ingin membahas Cannery Row.
pernah aku baca setelah Of Mice
and Men. Aku memang memutuskan untuk membeli Cannery Row
beberapa bulan lalu tidak berselang lama setelah selesai membaca kisah tragis
persahabatan George dan Lenny. Rasa penasaran akan novel lain yang ditulis John
Steinbeck sedang tinggi sekali waktu itu. Tidak cukup sampai di sana, Cannery
Row sendiri juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Eka
Kurniawan, salah satu penulis Indonesia favorit dengan deretan karya
yang juga bagus. Ekspektasiku terhadap novel ini juga menjadi tinggi. Tanpa
sadar aku juga menjadikan Of Mice and Men sebagai pembanding ketika
ingin membahas Cannery Row.
Kedua karya fiksi ini pada dasarnya
memang jauh berbeda dari segi cerita. Atmosfer keseluruhan cerita dalam kedua
buku ini saja bertolak belakang. Meskipun sama-sama mengambil latar waktu
di sekitar era Great Depression, Cannery Row yang memang miris di
beberapa bagian bisa dibilang lebih damai dan tidak sedramatis kisah dalam Of
Mice and Men. Kalau dideskripsikan dengan angka, kadar tragis dalam kisah Cannery
Row masih berada di kisaran 30-45. Berbeda dengan Of Mice and Men yang
kadar tragis ceritanya sudah mencapai level 100+. Jadi, kalau misalnya sudah
memiliki anggapan awal bahwa kisah dalam Cannery Row akan menyedihkan
seperti Of Mice and Men… Tenang teman-teman, cerita dalam buku ini
tidak sesedih itu kok. Sang penulis bahkan menyelipkan beberapa humor yang
sebagian besar berupa humor ironis dan penuh sarkasme di sepanjang
cerita.
memang jauh berbeda dari segi cerita. Atmosfer keseluruhan cerita dalam kedua
buku ini saja bertolak belakang. Meskipun sama-sama mengambil latar waktu
di sekitar era Great Depression, Cannery Row yang memang miris di
beberapa bagian bisa dibilang lebih damai dan tidak sedramatis kisah dalam Of
Mice and Men. Kalau dideskripsikan dengan angka, kadar tragis dalam kisah Cannery
Row masih berada di kisaran 30-45. Berbeda dengan Of Mice and Men yang
kadar tragis ceritanya sudah mencapai level 100+. Jadi, kalau misalnya sudah
memiliki anggapan awal bahwa kisah dalam Cannery Row akan menyedihkan
seperti Of Mice and Men… Tenang teman-teman, cerita dalam buku ini
tidak sesedih itu kok. Sang penulis bahkan menyelipkan beberapa humor yang
sebagian besar berupa humor ironis dan penuh sarkasme di sepanjang
cerita.
Kisah dalam Cannery Row memiliki
tujuan akhir untuk menggambarkan kondisi daerah Cannery Row secara
keseluruhan kepada para pembaca. Meskipun novel 244 halaman ini tetap memiliki
plot utama, pembaca diajak untuk lebih fokus melihat gambaran yang lebih luas
tentang daerah Cannery Row itu sendiri. Plot dalam novel hanya merupakan
satu komponen dari berbagai komponen yang menyusun wilayah Cannery Row.
Entah ini masuk akal atau tidak, namun aku merasa seperti sedang menyaksikan
video dokumenter ketika membaca buku ini. Dari belasan bab yang ada, di
beberapa bab pembaca akan menemukan cerita dari sudut pandang tokoh yang tidak
akan disebut lagi dalam bab selanjutnya atau sampai novel ini berakhir. John
Steinbeck memang berusaha untuk menggambarkan Cannery Row sebagai sebuah
tempat dari berbagai perspektif yang berbeda pada pembaca. Ini berbeda sekali
kalau dibandingkan dengan kisah persahabatan George dan Lenny yang menjadi
pusat cerita Of Mice and Men.
tujuan akhir untuk menggambarkan kondisi daerah Cannery Row secara
keseluruhan kepada para pembaca. Meskipun novel 244 halaman ini tetap memiliki
plot utama, pembaca diajak untuk lebih fokus melihat gambaran yang lebih luas
tentang daerah Cannery Row itu sendiri. Plot dalam novel hanya merupakan
satu komponen dari berbagai komponen yang menyusun wilayah Cannery Row.
Entah ini masuk akal atau tidak, namun aku merasa seperti sedang menyaksikan
video dokumenter ketika membaca buku ini. Dari belasan bab yang ada, di
beberapa bab pembaca akan menemukan cerita dari sudut pandang tokoh yang tidak
akan disebut lagi dalam bab selanjutnya atau sampai novel ini berakhir. John
Steinbeck memang berusaha untuk menggambarkan Cannery Row sebagai sebuah
tempat dari berbagai perspektif yang berbeda pada pembaca. Ini berbeda sekali
kalau dibandingkan dengan kisah persahabatan George dan Lenny yang menjadi
pusat cerita Of Mice and Men.
Akan tetapi, bukan buku John Steinbeck
namanya kalau tidak memiliki beberapa persamaan dengan karya Steinbeck yang
lain. Selain latar waktu cerita yang sama-sama terjadi di sekitar era Great
Depression, topik tentang persahabatan yang erat juga dapat
ditemukan dalam Cannery Row dan Of Mice and Men (terlepas dari
fakta bahwa persahabatan dalam kedua buku ini memiliki nasib yang sangat
berbeda). Kalau tertarik dengan analisis lebih mendalam dari novel Cannery
Row, situs Sparknotes dan Shmoop menawarkan
penjelasan menarik dan mudah dimengerti untukmu.
namanya kalau tidak memiliki beberapa persamaan dengan karya Steinbeck yang
lain. Selain latar waktu cerita yang sama-sama terjadi di sekitar era Great
Depression, topik tentang persahabatan yang erat juga dapat
ditemukan dalam Cannery Row dan Of Mice and Men (terlepas dari
fakta bahwa persahabatan dalam kedua buku ini memiliki nasib yang sangat
berbeda). Kalau tertarik dengan analisis lebih mendalam dari novel Cannery
Row, situs Sparknotes dan Shmoop menawarkan
penjelasan menarik dan mudah dimengerti untukmu.
Secara keseluruhan terjemahan novel ini
bagus. Bahasanya sastrawi(?) sekali menurutku. Mungkin karena penerjemah
novelnya adalah seorang penulis ya. Hawa sastra begitu terasa. Aku pikir ini
juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan aku membutuhkan waktu seminggu
untuk membaca dan mencerna novel ini. Sayang sekali beberapa humor khas John
Steinbeck sepertinya lost in translation. Aku sendiri baru menyadari
keberadaan humor dalam novel ini setelah mengintip versi Bahasa Inggrisnya. The
struggle of translating jokes from one language to another is real!
bagus. Bahasanya sastrawi(?) sekali menurutku. Mungkin karena penerjemah
novelnya adalah seorang penulis ya. Hawa sastra begitu terasa. Aku pikir ini
juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan aku membutuhkan waktu seminggu
untuk membaca dan mencerna novel ini. Sayang sekali beberapa humor khas John
Steinbeck sepertinya lost in translation. Aku sendiri baru menyadari
keberadaan humor dalam novel ini setelah mengintip versi Bahasa Inggrisnya. The
struggle of translating jokes from one language to another is real!
Pada akhirnya, aku akan merekomendasikan Cannery
Row untuk pembaca yang penasaran dengan tulisan lebih ringan, cerah, dan
optimis dari John Steinbeck.
Row untuk pembaca yang penasaran dengan tulisan lebih ringan, cerah, dan
optimis dari John Steinbeck.
pilu pasca membaca Of Mice and Men masih tinggal sampai sekarang
*menghela nafas panjang)
Rating
3/5