Informasi Buku
Judul: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Penulis: J.K. Rowling
Buku: paperback milik pribadi
Bahasa: Inggris
Kategori umur: young adult
Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
‘The Dark Lord will rise again with his servant‘s aid, greater and more terrible than ever before‘ Sybill TrelawneyHarry
Potter is lucky to reach the age of thirteen, since he has survived the
murderous attacks of the feared Dark Lord on more than one occasion.
But his hopes for a quiet school term concentrating on Quidditch are
dashed when a maniacal mass-murderer escapes from Azkaban, pursued by
the soul-sucking Dementors who guard the prison. It’s assumed that
Hogwarts is the safest place for Harry to be. But is it a coincidence
that he can feel eyes watching him in the dark, and should he be taking
Professor Trelawney’s ghoulish predictions seriously?These adult editions have been stylishly redesigned to showcase Andrew Davidson’s beautiful woodcut cover artwork. – Bloomsbury.com
Menurut Farah Tentang Buku Ini
terfavoritku dari keseluruhan seri Harry
Potter, novel ke-3; The Prisoner of Azkaban.
spoilers ahead, so proceed with caution 😉
membaca teks yang lebih panjang di usia awal belasan tahun, aku begitu menyukai
cerita-cerita dengan tema petualangan. Kala itu, aku selalu duduk manis di
depan jendela dari tengah hari sampai menjelang sore sembari membaca beberapa
buku Lima Sekawan sekaligus. Cerita
petualangan yang aku dicintai dulu memang tidak malu-malu dalam memberi tantangan
pelik dan
sisi lain, cerita-cerita ini juga tidak lupa menyelipkan harapan dan rasa takjub
lewat konklusi cerita nan rapi dan solusi konflik yang muncul di saat yang
tepat. It’s sugar, spice, and everything
nice in those story. Rasa takjub dan penuh harap adalah dua hal yang
membuatku jatuh hati pada cerita petualangan, dua hal ini jugalah yang begitu
jarang aku temui dalam bacaanku akhir-akhir ini.
bernostalgia pada masa ketika aku selesai membaca cerita tanpa dibarengi
perasaan miris atau bittersweet. Beragam
bacaanku belakangan ini memang didominasi oleh kisah dengan akhir manis. Akan
tetapi, penutup manis ini tetap saja diikuti dengan asamnya realita yang
ditawarkan cerita. Membaca The Prisoner
of Azkaban membuatku sadar betapa aku merindukan cerita yang membuatmu
merasa puas dan optimis. Membaca The
Prisoner of the Azkaban membuatku sadar akan kerinduanku pada kepuasan yang
mudah mampir di masa lalu. Membaca The
Prisoner of Azkaban membuatku tersenyum lebar & sejenak merasa
bahwa everything is possible – and that’s
why I really fond of this book.
Harry dalam buku ke-3 memang dibayangi prospek mengerikan dengan segala drama
dan twist yang dibawanya. Akan
tetapi, petualangan The Golden Trio yang
cerah untuk masa yang akan datang. Kalau dipikir-pikir lagi, kisah dalam The Prisoner of Azkaban ~semestinya~
memang melelahkan.
pembuka saja Harry sudah melalui drama tidak berkesudahan; makanan malam penuh
bencana dengan Keluarga Dursley, memutuskan secara impulsif untuk melarikan
diri tanpa tujuan jelas (sebelum akhirnya diselamatkan The Knight Bus), terancam dikeluarkan dari Hogwarts karena menggunakan
sihir di bawah umur – hanya untuk menerima kenyataan kalau dia tidak di-DO
karena butuh perlindungan ekstra dari tahanan dalam pelarian yang sedang memburu
dirinya. Belum lagi fakta bahwa Dementor
diperkenalkan dalam novel ini. What a
wild way to start your term Harry!
tahanan berbahaya dan harus hidup dalam jarak dekat dengan banyak Dementor memang tidak terlihat menjanjikan.
Akan tetapi, ada lebih banyak hal lain yang membawa harapan dalam The Prisoner of the Azkaban; Remus Lupin
(aka The Best Defence Againsts Dark Arts
Teacher Of All Time), mantra Patronus,
duo hewan ikonik dengan jasa besar dalam cerita; Crookshank & Buckbeak, The Firebolt!, Peta Marauder, dan tentu kemunculan tidak terduga dari Godfather Harry yang
tahu ada;
‘Godfather?’ spluttered Uncle Vernon. ‘You haven’t got a godfather!’
‘Yes, I have,’ said Harry brightly. ‘He was my mum and dad’s best friend. He’s a convicted murderer, but he’s broken out of wizard prison and he’s on the run. He likes to keep in touch with me, though… keep up with my news.. check I’m happy’
dalam The Prisoner of Azkaban. Ketika dipadukan dengan plot petualangan epik &
twist mengejutkan dengan penempatan
yang tepat, The Prisoner of Azkaban adalah
impian yang jadi nyata dalam hal cerita petualangan ideal versiku. And I love this novel for it.
juga sudah bisa menduga bahwa ini adalah puncak tertinggi yang bisa dicapai
dalam kurva kebahagian kisah Harry Potter dkk. Dari pengetahuan umum yang aku
peroleh dari versi film adaptasi, aku menduga bahwa kisah ini akan mulai
bergulir ke arah yang lebih suram dan painfully
realistic (Hell, bahkan tone keseluruhan versi film adaptasi The Prisoner of Azkaban cenderung gelap).
Buku-buku setelah ini sepertinya tidak akan menggunakan pendekatan cerita ala sugar, spice, and everything lagi. Aku
sudah menyiapkan diri untuk menyambut cerita yang (secara umum) bahagia tapi tidak
luput dari sentuhan miris & melankoli.
The Inevitable Novel vs. Film Comparison Part
keseluruhan aku cukup puas dengan versi film The Prisoner of Azkaban (Alfonso Cuaron menyutradarai film ini bagaimanapun juga!). I remember being so shock when the main twist
(dramatically) revealed itself on the film. Pada akhirnya, novel dan film
memang memiliki daya tarik masing-masing. Hal yang begitu aku nikmati setelah
membaca novel & menyaksikan film Harry Potter adalah bagaimana novel
menawarkan konteks yang lebih kaya tentang berbagai scene yang aku lihat dalam film. Ironisnya, meskipun menangkap vibe cerah dan positif dari kisah dalam filmnya,
The Prisoner of Azkaban ala Cuaron
memang didominasi tone gelap di sepanjang cerita. Dari sudut pandang kepuasan
visual mata, pilihan tone gelap dan mute ini
memang membuatku lebih mengapresiasi filmnya. The Prisoner of Azkaban film adaptation is somehow dark but remain
hopeful until the end for me.
keseluruhan aku mengerti dengan berbagai “penyesuaian” yang dibuat untuk versi
film. Harus aku akui, setelah membaca bagian klimaks cerita di Shrieking Shack dalam novel aku memang berharap
film bisa berbuat lebih – it truly leaves
something to be desired. Aku juga mengamati bagaimana karakter Snape dipotret
menjadi lebih mengundang simpati dalam film daripada dalam novel. Sampai ketika
ulasan ini ditulis, aku baru membaca 9 bab awal dalam novel The Deathly Hallows. Perasaanku terhadap
karakter Snape masih sangat jauh dari level penuh simpati. Aku penasaran bagaimana
pendapatku akan berubah setelah menamatkan The
Deathly Hallows.
masa depan aku akan kembali lagi ke The
Prisoner of Azkaban yang kisahnya seolah melambangkan puncak kebahagiaan di
masa kanak-kanak. Ada begitu banyak kepuasan dan harapan (serta kompleksitas) yang
ditawarkannya & aku tidak akan pernah bosan membaca dua hal ini dalam
beragam cerita.
Rating
Tulisan Lain Dalam Kiriman Ini
Tulisan Lain Dalam Kiriman Ini
Daftar lengkap dari ulasan untuk seri novel Harry Potter dalam Far’s Books Space dapat dilihat dalam kiriman ini.