Agustus 2018: Just Keep Reading

31/50 

5 buku untuk bulan ini. Lumayan
kalau melihat track record Farah sebelum ini. Apa saja kelima buku tersebut?
Here you go;

My rating: 5 of 5 stars

The one thing that doesn’t abide by
majority rule is a person’s conscience.


Menghangatkan dan memanusiakan, tidak berlebihan memang kalau To Kill A
Mockingbird
begitu ternama bahkan setelah setengah abad pasca perilisan
perdananya. Kisah keluarga Finch yang kehidupannya terusik setelah Atticus,
sang kepala keluarga, memutuskan untuk membela Tom Robinson, seorang berkulit
hitam, mengingatkan kita kembali akan kedudukan kita sebagai sesama manusia
yang hidup di muka bumi. Aku rasa buku ini sangat penting untuk dibaca dan
dihayati semua orang, apalagi dengan maraknya isu intoleransi belakangan ini.

Lucunya aku sempat coba membaca To
Kill A Mockingbird
dua tahun lalu. Aku malah menempatkannya di rak buku
on-hold dan baru benar-benar selesai membaca buku ini di minggu kedua bulan
Agustus 2018 karena seorang teman berniat meminjam bukunya. Aku tidak mengerti
itu karena perubahan selera atau pengaruh mood, tapi membaca buku ini memang
tidaklah mudah. Buku ini terasa draggy di beberapa bagian. Tidak sekali
dua kali aku harus berusaha dalam menyeret diri yang bosan untuk menyelesaikan
buku ini secepatnya.

Akan tetapi, pada akhirnya aku
senang karena memutuskan untuk menyelesaikan To Kill A Mockingbird.
Terlepas dari fakta bahwa membaca buku ini bukan sebuah pengalaman
menyenangkan, pesan penting yang disampaikan dalam kisah To Kill A
Mockingbird
saja sudah pantas untuk dibaca semua orang dan diganjar dengan
bintang 5.

 

My rating: 3 of 5 stars


Aku mulai menyadari sepak terjang Pak Bondan Winarno dalam dunia tulis-menulis
cerpen setelah membaca cerpen Beliau bertajuk “Santa” dalam buku Kumcer Kompas Tahun 1993: Pelajaran Mengarang.
Petang Panjang di Central Park adalah buku kumpulan 25 cerpen Pak Bondan
yang sudah pernah diterbitkan di berbagai media dan ditulis dalam rentang waktu
tahun 1980 -2004. Cerpen “Santa” yang aku sebut di atas juga dapat
dibaca dalam buku kumcer 360 halaman ini. Sebagian besar cerpennya mengangkat
tema tentang kompleksnya hubungan antar manusia, apalagi hubungan asmara. Aku
sangat menyukai cara penulisan Pak Bondan yang straightforward,
sederhana, dan tidak bertele-tele. Meskipun membaca kisah romansa, kita tidak
akan menemukan bahasa puitis berlebihan dalam cerpen Beliau. Mengagumkan saja
ketika kata-kata tajam dan terus terang Beliau mampu menyampaikan feeling
cerita dengan sangat jitu.

Aku merekomendasikan buku kumcer ini
untuk penggemar cerpen di luar sana. Kalau kau merupakan penggemar kisah dengan
ending cerita yang keep-it-real, buku ini juga bisa ditambahkan ke dalam
daftar bacaanmu. Khalayak yang ingin lebih mengenal Pak Bondan sebagai seorang
penulis cerpen juga dapat memilih Petang Panjang di Central Park sebagai
bahan bacaan.

My rating: 3 of 5 stars

Okay. It’s one of those
not-that-bad-but-not-that-good-either kinds of books actually. I’m glad I
manage to handle this book better than people who downright raging after
reading this. I (unfortunately) totally understand their point. Lara Jean is
not your ideal protagonist. I do find her personality annoying and shallow but
tolerable still. When I’m in the middle of my serious/darker mood I don’t think
I can’t handle this book either. I’m looking for a good time, why are you doing
this Lara Jean?

Initially, I have a high expectation
for this one. I finally decided to read this after the book’s film adaptation
was released on Netflix. I think the book premise is kind of cute. I expect a
lot of funny and sunny moments when Lara Jean dealing with the fallout of her
leak love letter to five boys. Of course, the writer decided to focus on two
boys only *sigh* (and yep a pseudo(?) love triangle happened). It’s not even a
proper love triangle/romantic relationship. This book feels like a long
introduction to a love story rather than the actual love story.

The Song sisters moments are
actually the highlight of my read, too bad I can’t sympathize with them at the
end. And what’s up with THAT ending? That ending just doesn’t solve anything?
(Cue the advertisement for the next book).

The book is nice at first but it
left me to feel unsettling at the end. I’m still wondering about what happened
on the 2’nd and 3’rd book though.

My rating: 3 of 5 stars

Unpopular opinion: I’m (still) bored
to death while reading this.

Sebenarnya ini kali kedua aku
membaca buku klasik ini. Aku rasa bukunya termasuk dalam jajaran buku-buku yang
harus dibaca pada waktu yang “tepat” dalam hidup. Seperti To Kill A Mockingbird yang sempat aku baca 2 tahun lalu tapi baru-baru
ini bisa aku hayati dan kagumi ceritanya, aku pikir aku bisa lebih relate
dengan kisah Santiago ketika membaca novel ini sekarang. Kenyataannya? Nope.
Aku masih saja bosan dengan kisah yang mengandung pesan penting ini. Mungkin
karena cara penulisan cerita yang aku rasa lumayan kaku ya makanya masih belum
bisa mengapresiasi sepenuhnya cerita Santiago. Bagian saving-grace untuk novel
ini bagiku adalah bagian ending ketika Manolin menolong Santiago yang akhirnya
kembali melaut. Memang terenyuh waktu membaca bagian itu. Bagian Santiago
berjuang-juang mati-matian menangkap ikan Marlin memang menarik di awal. Tapi
lama-lama bosan juga membacanya. Terlepas dari pendapatku yang sangat
subjektif, aku tetap merekomendasikan buku ini untuk penggemar cerita-cerita
klasik di luar sana. Selain itu, The Old Man and The Sea juga dapat
menjadi pilihan bacaan untuk pembaca yang menyukai cerita sederhana tapi
menyimpan banyak makna.

Ulasan tentang novella ini juga
dapat ditemukan di blog-ku: (farbooksventure)

My rating: 3 of 5 stars

I like this book better than the
first one (weird, right? I know!)

Sure, annoying characters stay
annoying (I’m looking at you Kitty and Gen) but at least there’s actual love
story (kinda?) on this one. Finally someone (ahem-McClaren-ahem) try to
snatch LJ away from Peter K. I live for the drama and jealousy. The story also
delve into the reason behind the fall and decline in LJ and Gen friendship. I
just don’t get these two honestly. Human feeling is a really weird and
complicated things.

FYI, I’m actually rooting for
McClaren on this one. (view spoiler)
Also… I’m still weird out by the whole “connection” between Peter and
Gen. After the revelation about the truth behind the infamous hot tub video,
I’m (still) don’t understand Peter K. (and LJ to an extent) way of thinking.

How about you?
Sudah menyelesaikan buku apa saja di bulan Agustus ini? 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *