Tentang The Life-Changing Magic of Tidying Up Karya Marie Kondo

“kita semestinya memilih apa yang hendak kita simpan, bukan apa yang hendak kita singkirkan.”

Informasi Buku

Judul: The Life-Changing Magic of Tidying Up: Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan Ala Jepang
Penulis: Marie Kondo
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 9786022912446
Cetakan: pertama
Tahun publikasi: 2016
Jumlah halaman: 206 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads

Blurb


“Marie Kondo telah memosisikan diri sebagai seorang
master berbenah, kesatria yang berperang melawan situasi berantakan.”
– The London Times 

Walaupun sudah susah payah merapikan rumah, apakah
kertas-kertas terus saja bertumpuk dan pakaian harus terus Anda jejal-jejalkan
di lemari? Kenapa kita tidak bisa menjaga kerapian rumah? 
Marie Kondo memperkenalkan metode merapikan yang
ampuh tiada duanya, KonMari. Keampuhan metode yang kini semakin marak
diterapkan di Jepang dan telah dikemas dalam program televisi laris, “Tidy
Up with KonMari!” ini, telah menular ke seluruh dunia. Saking ampuhnya,
tak seorang pun klien Kondo kembali ke kebiasaan berantakan (dan calon kliennya
harus masuk daftar tunggu selama tiga bulan). 
 

Beruntunglah, melalui buku ini Anda berkesempatan: 

– Menjadi klien jarak jauh Kondo, menentukan
barang-barang mana saja di rumah Anda yang “membangkitkan
kegembiraan” dan mana yang tidak;
 

– Memulai kebiasaan berbenah yang efektif dengan
sistem berbenah berdasarkan kategori;
 

– Membabat habis situasi berantakan, hingga
menikmati efek ajaib dari rumah yang rapi—beserta pikiran damai yang
mengikutinya (Goodreads).


Menurut Farah Tentang Buku Ini
Kegiatan berbenah atau bersih-bersih merupakan salah satu kegiatan yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan sehari-hari kita. Beberapa orang berbenah secara rutin sesuai dengan waktu yang mereka putuskan sendiri, beberapa orang lain baru berbenah ketika keadaan sudah mendesak mereka untuk melakukan itu, dan sebagian orang lain ternyata telah “berdamai” dengan ketidakrapiannya sendiri dan tidak terlalu berteman akrab dengan kegiatan berbenah.


Sebagai seorang individu sendiri, aku sebenarnya bukanlah seorang neat freak. Aku tidak terlalu terobsesi dengan kerapian. Akan tetapi, ketika nanti diminta untuk memilih kondisi yang lebih aku sukai, tentu saja aku akan memilih ruang tempat tinggal yang bersih dan rapi (siapa juga yang tidak nyaman dalam kondisi bersih dan rapi coba?). Untuk sebagian besar orang (termasuk diriku sendiri), kerapian bukanlah hal yang dapat dipertahankan semudah itu. Acap kali ketika kita telah selesai berbenah dan semua hal seolah telah rapi dan berada pada tempatnya, cepat atau lambat pasti beberapa barang sudah tidak berada pada tempatnya lagi.


Aku pertama kali mengetahui tentang buku ini lewat sebuah tulisan di blog penulis Dee Lestari. Buku ini langsung mengingatkanku pada proyek bersih-bersih ibuku dan aku yang tidak pernah selesai di kampung halaman sana. Dalam hati aku yakin bahwa sedikit banyaknya pasti buku ini akan memberi sudut pandang baru bagiku dalam ranah bersih-bersih. Keyakinanku ternyata memang tidak salah.


Dalam buku The Life-Changing Magic of Tidying Up, Marie Kondo mengingatkanku kembali pada beberapa hal yang sempat aku lupakan. Buku ini mengingatkanku akan “hubungan” antara manusia dan barang-barang di sekelilingnya, tentang bagaimana sebenarnya kebiasaan kita menyimpan barang (yang sebenarnya tidak kita butuhkan) adalah bentuk mekanisme pertahanan diri kita dalam menghindari dilema ketika membuang barang.


Karena dibesarkan di lingkungan yang tidak terlalu mendukung opsi ‘membuang barang’ karena alasan klise “pasti suatu saat nanti barang itu ada perlunya”, aku berangsur menyadari tentang betapa banyaknya timbunan barang yang aku miliki. Dan betapa berat rasanya mengeliminasi benda-benda itu. Marie Kondo mengajarkan sebuah prinsip penting dalam perkara ini:

“…, kita semestinya memilih apa yang hendak kita simpan, bukan apa yang hendak kita singkirkan.”

Nah lho? Well, hal ini mungkin terdengar sederhana saja tapi, dengan fokus pada barang-barang yang MEMANG ingin kita simpan karena kita menyukai barang itu (dan bukan karena keinginan sesaat saja), kita akan lebih mensyukuri barang yang kita miliki dan secara tidak langsung belajar untuk merasa cukup. Ketika terlalu fokus dalam menyingkirkan barang, terkadang kita lupa mendengarkan suara hati kita sendiri. Apa benar kita membuang barang ini karena keinginan tulus kita? Atau ini hanya untuk menuntaskan obsesi menyingkirkan barang semata?


Membuang barang memang bukanlah perkara mudah. Aku sendiri sampai saat ini masih tidak tega membuang begitu saja buku yang aku miliki tapi belumku baca (melirik tumpukan buku dengan tatapan sedih). Tapi, kita memang harus belajar merelakan untuk menghargai apa yang kita punya sekarang. Secara tidak langsung tanpa kita sadari kebiasaan berbenah dengan benar akan dapat memperbaiki beberapa hal dalam hidup kita. Karena bagaimanapun juga barang-barang sekitar kita mencerminkan bagaimana diri kita sebenarnya. Dengan mengeliminasi barang yang dapat disingkirkan, kita sebenarnya membantu melepaskan tumpukan beban yang sudah terlalu lama kita simpan sendiri.



The Life-Changing Magic of Tidying Up adalah buku self help yang tepat untuk para pembaca yang ingin menemukan sudut pandang baru tentang seni berbenah dan kaitannya dengan kehidupan yang lebih bahagia di masa yang akan datang. 


Rating
3.8/5

Terhibur/terbantu dengan tulisan ini? Dukung Farah melalui Karyakarsa

Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The Storygraph | farbooksventure di The StoryGraph

Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *