“I thought: You’re right to cry, my darling boy. You’re right to be afraid. Your mother is a monster”
Informasi Buku Judul: A Simple Favor Penulis: Darcey Bell
Penerbit: Harper Bahasa: Inggris ISBN: 9780062883490 Tahun publikasi: 2018 (pertama kali dipublikasikan tahun 2017) Cetakan: Pertama Jumlah halaman: 358 halaman Kategori umur: adult (dewasa) Buku: milik pribadi Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
She’s
your best friend.
She knows all your secrets.
That’s why she’s so dangerous.
A single mother’s life is turned upside down when her best friend vanishes in
this chilling debut thriller in the vein of Gone Girl and The Girl on the
Train.
It starts with a simple favor—an ordinary kindness mothers do for one another.
When her best friend, Emily, asks Stephanie to pick up her son Nicky after
school, she happily says yes. Nicky and her son, Miles, are classmates and best
friends, and the five-year-olds love being together—just like she and Emily. A
widow and stay-at-home mommy blogger living in woodsy suburban Connecticut,
Stephanie was lonely until she met Emily, a sophisticated PR executive whose
job in Manhattan demands so much of her time.
But Emily doesn’t come back. She doesn’t answer calls or return texts. Stephanie
knows something is terribly wrong—Emily would never leave Nicky, no matter what
the police say. Terrified, she reaches out to her blog readers for help. She
also reaches out to Emily’s husband, the handsome, reticent Sean, offering
emotional support. It’s the least she can do for her best friend. Then, she and
Sean receive shocking news. Emily is dead. The nightmare of her disappearance
is over.
Or is it? Because soon, Stephanie will begin to see that nothing—not
friendship, love, or even an ordinary favor—is as simple as it seems.
Menurut Farah Tentang Buku Ini
Sebagai seseorang yang jarang membaca kisah thriller atau misteri, aku harus mengakui bahwa aku lumayan menikmati A Simple Favor. Aku lagi-lagi harus berterima kasih pada versi film adaptasi dari novel yang pertama kali terbit tahun 2017 ini. Film yang dibintangi Blake Lively, Anna Kedrick, dan Henry Golding (yang memerankan Nick Young dalam versi film Crazy Rich Asians) ini sukses membuatku penasaran dengan novel yang menjadi sumber inspirasinya.
Kisah dalam A Simple Favor dituturkan lewat sudut pandang tiga karakter utamanya; Stephanie, Emily, dan Sean. Secara keseluruhan, novel initerdiri dari 45 bab yang terbagi ke dalam 3 bagian besar. Di bagian pertama buku, A Simple Favor dinarasikan lewat sudut pandang Stephanie. Stephanie adalah seorang single mother yang membesarkan anak laki-laki satu-satunya, Miles, dan aktif menulis tentang perjalanannya sebagai seorang Ibu di sebuah blog (mommy blogger). Pada 5 bab awal buku ini, pembaca memang akan dihadapkan dengan beberapa postingan Stephanie terkait hilangnya Emily, seorang teman baik yang baru dia kenal. Ketika memasuki bab yang dinarasikan Stephanie, pembaca akan langsung dibawa flashback ke masa lalu ketika Stephanie mengenang awal mula kejadian yang menjadi rahasia terbesar dalam hidupnya. Rahasia memang menjadi tema penting dalam novel A Simple Favor ini.
Di sepanjang 358 halaman buku ini, pembaca akan menemukan rangkaian flashback dari masing-masing karakter. Narasi dengan format seperti postingan di blog Stephanie juga akan terus bermunculan sampai akhir cerita. Di bagian kedua buku, pembaca akhirnya dapat membaca cerita dari sudut pandang Emily yang hilang secara misterius setelah menitipkan putranya, Nicky, pada Stephanie. Narasi dari sudut pandang Stephanie juga muncul beberapa kali di bagian kedua ini. Di bagian ketiga, cerita dituturkan dari sudut pandang Sean, suami Emily. Pada akhirnya kisah dalam A Simple Favor secara bergantian dituturkan juga oleh Stephanie dan Emily sampai ke halaman akhir. Aku rasa aku membuat cara penuturan novel ini terdengar memusingkan (sorry). Judul setiap bab akan menandai dari sudut pandang siapa cerita ini dituturkan. Jadi, jangan khawatir karena pembaca tidak akan terlalu bingung dibuatnya! Cara penuturan seperti ini justru membuat kisah dalam A Simple Favor terasa lebih kaya dan menarik ketika diikuti.
Layaknya seperti kisah thriller lain, pembaca akan dibuat bertanya-tanya dan menebak-nebak di sepanjang cerita A Simple Favor. Dari halaman-halaman awal pembaca akan dibuat geleng-geleng kepala sendiri ketika rahasia dibalik karakter utama muncul. Ketika kita sudah mengira tidak akan ada rahasia lagi, menjelang akhir cerita rahasia penting lain yang membuat plot semakin masuk akal pun muncul juga.
Sejujurnya, meskipun terkenal paling tidak bisa dalam menganalisa plot kisah misteri, aku bisa menebak dengan lumayan benar apa yang terjadi di A Simple Favor. Oleh karena itu, aku tidak akan heran kalau pembaca lain yang sudah terbiasa dengan kisah thriller beranggapan bahwa plot A Simple Favor agak mudah ditebak.
Hal yang membuatku menikmati novel ini memang bukan plotnya. Aku rasa aku menyukai A Simple Favor karena karakter-karakter menarik (dan bisa dibilang rusak) dalam ceritanya. Sama seperti karakter dalam The Girl on The Train, karakter dalam A Simple Favor tidak ada yang sempurna. Seperti yang sudah aku jelaskan di awal, para karakter ini memiliki rahasia gelap mereka masing-masing. Kalau dianalogikan: Stephanie, Emily, dan Sean itu seperti 3 orang yang “gemar bermain dengan api”. Mereka merasa “hidup” ketika melakukan sesuatu yang berbahaya dan terkadang tidak terlalu terpuji. Pada akhirnya, ketika ketiganya terbakar karena “bermain api”, yang membedakan mereka adalah satu orang tidak memiliki luka bakar separah yang lain. Secara moral karakter ketiga orang ini memang sangat dipertanyakan. Aku pikir di dunia nyata tidak akan ada orang seperti mereka ini. But, we never know really….
Hal positif yang dimiliki ketiga karakter ini bisa jadi adalah rasa sayang mereka yang sangat besar kepada anak masing-masing. Tapi, setelah melihat sepak terjang mereka di sepanjang cerita dan melihat sejauh apa moral mereka sudah bengkok… Aku jujur merasa kasihan kepada anak yang memiliki orang tua seperti itu.
Aku membaca A Simple Favor sebelum singgah ke laman Goodreads untuk melihat ulasan orang lain terkait buku ini. Untung saja aku tidak singgah ke laman ini sebelum membaca bukunya! Selain karena ada beberapa ulasan spoiler yang bisa merusak pengalamanmu dalam membaca buku ini, aku lumayan terkejut ketika melihat bahwa tidak sedikit orang yang hanya memberi bintang 1 dan 2 untuk buku ini. Ketika membaca ulasan mereka… Aku sesungguhnya sangat memahami dan bersimpati dengan berbagai poin yang mereka buat. Tapi, kenapa aku masih menyukai novel ini? Untukku A Simple Favor adalah sejenis bacaan guilty pleasure, it’s so bad it’s good.
Aku rasa para veteran pembaca thriller akan merasa buku ini terlalu mudah ditebak (apalagi para pembaca Gone Girl). Selain itu, pembaca yang mudah terganggu / trigger tentang topik yang secara moral sangat tabu akan sangat membenci Stephanie (dan pada dasarnya seluruh karakter) dalam novel ini.
So, read at your own risk!
Fun fact: Darcey Bell, penulis novel A Simple Favor, adalah seorang guru TK. Aku rasa (sedikit banyaknya) dia terinspirasi menulis novel ini setelah melihat orang tua para muridnya.