[16/09/17] Tentang 1984 Karya George Orwell


We shall meet in a place where there is no darkness

Informasi Buku
Judul: 1984
Penulis: George Orwell 
Penerbit: Signet Classics 
Bahasa: Inggris
ISBN: 0451524934
Tahun publikasi: Pertama kali dipublikasikan 08 Juni 1949
Jumlah halaman: 328 halaman
Buku: milik pribadi (sekarang sudah berpindah tangan/dihadiahkan ke pihak lain)
Temukan buku ini di Goodreads


Blurb 

The year 1984 has come and gone, but George Orwell’s prophetic, nightmarish vision in 1949 of the world we were becoming is timelier than ever. 1984 is still the great modern classic of “negative utopia” -a startlingly original and haunting novel that creates an imaginary world that is completely convincing, from the first sentence to the last four words. No one can deny the novel’s hold on the imaginations of whole generations, or the power of its admonitions -a power that seems to grow, not lessen, with the passage of time.


Menurut Farah Tentang Buku Ini

This book is no easy read.


Bisa dibilang aku menghabiskan waktu sekitar setengah tahun untuk benar-benar “selesai” dengan buku yang satu ini. Dari sejak awal aku membeli novelnya sampai akhirnya aku selesai menulis resensi ini…. Tidak terasa bulan-bulan di tahun 2017 telah bergulir. Aku ingat menyelesaikan 1984 di suatu hari di minggu terakhir bulan Juli. Aku sedang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) waktu itu. Setelah beberapa bulan sebelumnya bergelut menyelesaikan buku ini, ternyata terdampar selama 40 hari di suatu tempat yang baru tanpa hiburan apapun selain buku mampu membuatku menyelesaikan 1984. Sayang sekali KKN juga berkontribusi dalam mengacaukan ritmeku dalam menulis resensi buku di blog ini. Aku berhasil menyelesaikan 3 buku dalam kurun waktu 40 hari yang seperti mimpi itu. 1984 secara pribadi menurutku adalah buku tersulit (dan terberat mungkin) dari ketiga buku tersebut.

Setelah membaca kalimat penutup di bagian ending, aku pikir ketika itu aku sempat tercenung dan moody seharian karenanya. Buku ini cukup kelam dan depressing memang (As if life isn’t depressing enough already). Aku sendiri juga heran karena sampai perlu waktu 2 bulan untuk mengumpulkan niat dan menyelesaikan resensi buku ini. Karena seperti yang sudah aku ungkapkan di awal, this book is seriously not an easy read.

1984 merupakan buku science-fiction yang seperti dijelaskan dalam blurb-nya membawa kita bertualang ke dunia “negative utopia”. Dunia yang seolah-olah sempurna namun sebenarnya tidak. Buku ini berpusat pada cerita tentang Winston Smith. Seorang laki-laki yang dihidup di daerah Oceania pada tahun revolusioner 1984. Kehidupan dan gerak-gerik setiap orang pada masa itu sangat diatur dan dikekang. Kebebasan berbicara dan berpikir dilarang. Setiap orang mesti tunduk dan patuh pada pemerintahan. Pucuk tertinggi pemerintahan di masa itu dikenal dengan julukan Big Brother. Dan pemerintahan tersebut memiliki slogan sebagai berikut:

War is peace
Freedom is slavery
Ignorance is strength

Konflik dimulai ketika Winston mulai berpikiran untuk membangkang dan melawan pemerintahan otoriter yang membelenggu kehidupannya. Winston pun mulai melakukan berbagai pelanggran-pelanggaran kecil secara sembunyi-sembunyi. Pada akhirnya, Winston pun melakukan suatu hal yang sangat fatal dan ternyata mengubah kehidupannya selama-lamanya.

Karakter yang paling membuatku bergidik dalam buku ini adalah para Thought Police (Polisi Pikiran). Para Thought Police bertugas mengawasi dan menangkap setiap orang yang memiliki pemikiran “lain” atau yang memiliki pikiran untuk menyimpang dari aturan pemerintahan. Bayangkan saja bagaimana rasanya hidup di dunia penuh kekangan seperti ini. Kau tidak bisa bergerak sesukamu atau memiliki pemikiran sendiri. Dunia dalam buku 1984 ini bahkan menciptakan bahasa mereka sendiri (disebut sebagai newspeak). Bahasa newspeak merupakan bahasa Inggris sebenarnya (dalam buku ini disebut oldspeak) yang sudah sangat dibatasi kosakata katanya. Dalam setiap revisi kamus newspeak alih-alih dilakukan penambahan kosakata baru kata yang sudah ada dalam kamus lama berusaha dihapuskan. Ini menyebabkan setiap orang hanya memiliki pembendaharaan kata terbatas untuk mengungkap pemikirannya. Ini bagian yang cukup mengerikan menurutku.   

Buku ini memang cukup membosankan pada awalnya. Tapi, memasuki bagian pertengahan buku konflik akan mulai memuncak. Isu politik dan kekuasaan sangat kental dibahas dalam 1984. Di beberapa bagian aku bahkan seolah merasa seperti membaca esai tentang politik. 

1984 adalah bacaan wajib untuk pembaca yang menggemari buku fiksi dengan tema dystopia. Aku juga merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang tertarik dengan bacaan bertema politik kental.

Kalau ada yang penasaran dengan penjelasan terkait penutup dari buku ini, menurutku 2 sumber ini adalah bacaan menarik: [WARNING: SPOILER!] (1) (2

Rating
3,8/5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *