[17/01/18] Tentang Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS 1994

“Memang, diriku ini cuma petugas sensus yang sederhana – tapi, boleh kan, aku merenungkan makna kehidupan yang fana maupun yang abadi?” – Misteri Kota Ningi, Seno Gumira Ajidarma


Informasi Buku

Judul: Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS 1994
Penulis: Budi Darma, Joni Ariadinata, Seno Gumira Ajidarma, Harris Effendi Thahar, Jujur Prananto, Bre Redana, Satyagraha Hoerip, Yanusa Nugroho, Agus Noor, Ratna Indraswari Ibrahim, Palti R. Tamba, Adek Alwi, Gede Aryantha Soethama, Budiarto Danujaya.
Penerbit: Kompas
ISBN: 9786024121655
Tahun publikasi: 2016 (pertama kali dipublikasikan pada 1994)
Jumlah halaman: 172 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads


Blurb
Penulis-penulis Terpilih:
Adek Alwi
Agus Noor
Bre Redana
Gde Aryantha Soethama
Harris Effendi Thahar
Joni Ariadinata
Jujur Prananto
Palti R. Tamba
Ratna Indraswari Ibrahim
Satyagraha Hoerip
Seno Gumira Ajidarma
Yanusa Nugroho

Kewajiban mempertimbangkan selera orang banyak, seperti kita lihat dalam kumpulan cerpen ini, memang memperbesar kecenderungan untuk bertutur secara realis dan memakai pola penceritaan yang konvensional. Akan tetapi, kecenderungan ini sama sekali tak berarti harus menjebak pada selera pop dalam arti berkompromi mengencerkan sebuah karya sastra agar dapat lebih mudah dipahami orang banyak. (Budiarto Danujaya)

Sewaktu saya membaca kumpulan cerpen ini, saya merasa senang. Dalam waktu singkat, keenam belas cerpen ini habis saya baca. Bagaikan seorang yang sedang merokok (kendati saya bukan perokok), saya belum mau berhenti sebelum satu batang rokok habis. (Budi Darma)

Menurut Farah Tentang Buku Ini
Meskipun tema cerpen dalam bukunya tidak jauh-jauh dari tema yang sering muncul dalam cerpen-cerpen sebelumnya di buku kumpulan cerpen Kompas, sebagai besar cerpen dalam Lampor terasa lebih surreal kalau dibandingkan dengan cerpen lain yang sudah aku baca dalam buku kumcer Kompas sebelum ini. Ada banyak momen ketika setelah menyelesaikan sebuah cerpen aku mulai berguman sendiri “Nah tunggu… Itu tadi maksudnya apa ya?”

Terlepas dari kenyataan bahwa diperlukan waktu sejenak untuk mencerna cerpen-cerpen dalam Lampor, cerpen-cerpen ini memang menawarkan hal yang menarik setelah kita mampu menafsirkannya. Cerpen yang menjadi judul buku kumcer ini, Lampor, pada awalnya lebih terasa sebagai sebuah potret sekilas dari keluarga yang tinggal di lingkungan memprihatinkan tanpa dibumbui konflik yang terlalu berarti. Alih-alih berusaha mengejutkan pembaca dengan konflik yang membuat geleng-geleng kepala, lewat cerpen ini Joni Ariadinata berusaha menunjukkan pada pembaca bahwa kemiskinan dan kondisi hidup tidak memadai bagaimanapun juga pada akhirnya akan mempengaruhi (baca:merusak) karakter paling likeable dalam cerpen yang penuh karakter kurang terpuji ini.

Tema yang berkaitan dengan kelunturan nilai-nilai lama/tradisional terutama yang menyangkut dengan ikatan keluarga sendiri begitu terasa dalam cerpen Dari Paris karya Harris Effendi Thahar, Parang Garudo karya Satyagraha Hoerip, Reuni karya Jujur Prananto, dan Mati “Salah Pati” karya Gede Aryantha Soethama. Keempat cerpen di atas terasa begitu realistis dari segi setting cerita dan masalah yang diusungnya. Kalau cerpen-cerpen bernada seperti ini saja sudah terasa lumayan relevan di tahun 90-an, tentu saja cerpen ini akan semakin relevan di era sekarang. Di era ketika kemajuan teknologi bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi dia mampu mendekatkan yang jauh dan sebaliknya di sisi lain juga mampu menjauhkan yang dekat.

Setelah mengenal Seno Gumira Ajidarma lewat cerpen Pelajaran Mengarang dalam buku kumcer Kompas tahun 1992, karya-karya Beliau memang tidak asing lagi bagiku dan sering aku ditemukan dalam berbagai buku kumcer Kompas. Tidak tanggung-tanggung, dalam Lampor sendiri ada 3 cerpen  karya Beliau yang dimuat. 2 cerpen Beliau yang berjudul Misteri Kota Ningi dan Klandestin menarik perhatianku karena fenomena epiphany yang dibahasnya. Epiphany menurut Merriam Webster kurang lebih dapat didefinisikan begini:

(1) a usually sudden manifestation or perception of the essential nature or meaning of something 
b a revealing scene or moment    

(2) an intuitive grasp of reality through something (such as an event) usually simple and striking 
(3) an illuminating discovery, realization, or disclosure


Dalam Klandestin kita akan dihadapkan pada kesadaran Sang tokoh utama yang terlepas dari ideologi yang fanatik dan merusak. Dalam Misteri Kota Ningi sendiri kita melihat bagaimana suatu hal terkadang tidak bisa dijelaskan. Latar tempat cerpen ketiga Beliau yang dimuat dalam buku ini, berjudul Salvador, entah kenapa sedikit banyaknya mengingatkanku pada setting cerita dari film yang menang besar di perhelatan Golden Globe 2018, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri.


One more thing.. Ada 2 cerpen dalam Lampor yang menyorot karakter wanita yang ditindas oleh pria dalam kehidupan masing-masing. Dalam Rambutnya Juminten karya Ratna Indraswari Ibrahim dan Ibu Bonar karya Palti R. Tamba kita akan menemukan karakter wanita yang harus berhadapan dengan suami berkarakter tercela. Kedua cerpen ini mengingatkanku pada fenomena feminisme yang sedang digaung-gaungkan akhir-akhir ini (yang baru-baru ini aku baca adalah gerakan Time’s Up).

Bagaimana dengan perkembangan bacaanmu sejauh ini teman-teman? 

Sudah menemukan bacaan menarik untuk tahun ini?

Rating
3,5/5

0 thoughts on “[17/01/18] Tentang Lampor: Cerpen Pilihan KOMPAS 1994

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *