[24/09/17] Tentang The Seven Good Years Karya Etgar Keret

“Dia tidak mengatakan apapun. Hanya melihat Lev di matanya, dan setelah detik yang panjang, berbisik, “Percaya kepadaku, Nak. Aku minta maaf.”” Apa Yang Dikatakan Orang Itu? – Etgar Keret

Informasi Buku

Judul: The Seven Good Years
Penulis: Etgar Keret
Penerjemah: Ade Kumalasari 
Penerbit: Bentang
ISBN: 9786022912002
Tahun publikasi: 2016 (Juni 2016)
Cetakan: pertama
Jumlah halaman: 208 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads


Blurb

Bagi Etgar Keret, hidup di daerah konflik tidak melulu tentang penderitaan. Lewat cara pandangnya yang unik dan jenaka, Keret selalu optimis bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Etgar Keret merupakan penulis keturunan Yahudi asal Israel. Kendati demikian, dia sangat kritis terhadap pemerintah negaranya sendiri. Ia rutin menulis opini yang menentang pendudukan Israel di Palestina, serta menyampaikan pesan-pesan perdamaian. Meski sempat diboikot oleh pemerintah Israel, Keret justru dipuji oleh negara lainnya—termasuk negara berpenduduk Muslim—atas keberpihakannya pada kedamaian. Padangan Keret terhadap perdamaian melampaui batas agama, bangsa, dan negara.
The Seven Good Years adalah memoar yang humanis, cerkas, mengharukan, sekaligus lucu. Lewat buku ini, kita akan diingatkan kembali bahwa serangan bom sekalipun takkan mampu menghilangkan cinta dan harapan di hati manusia.


Menurut Farah Tentang Buku Ini

The Seven Good Years adalah memoar kedua yang pernah aku baca setelah memoar karya Orhan Pamuk, Istanbul. KKN bisa dibilang cukup mengacaukan siklus membaca bulananku. Ketika KKN berlangsung aku sempat mencuri kesempatan untuk kembali ke Padang. Lewat kepulangan itulah aku membeli buku ini. Aku sudah sempat mendengar tentang The Seven Good Years dalam beberapa kesempatan. Ketika tanpa sengaja menemukan buku ini di Gramedia kemarin, aku tanpa ragu langsung membelinya. 


Meskipun The Seven Good Years dan Istanbul sama-sama merupakan sebuah memoar, nuansa yang dimiliki oleh kedua memoar ini teramat berbeda. Jujur saja, aku sampai sekarang masih belum menyelesaikan Istanbul karena nuansa murung yang dipancarkannya begitu kuat. Dalam The Seven Good Years akan kita temukan nuansa cerita yang lebih “cerah” dan ringan untuk dibaca. Tapi, ini tetap saja tidak menyembunyikan nuansa miris dan penuh ironi dalam beberapa bagian di bukunya.



Etgar Keret merupakan penulis cerita pendek, novel grafis, script untuk TV dan film keturunan Yahudi yang berasal dari Israel. Keturunan dan kampung halamannya terkadang menempatkan Keret pada posisi yang tidak mengenakan di era orang-orang yang penuh dengan predijuce saat ini. Kita dapat menemukan beberapa kisah terkait dengan hal ini dalam memoarnya.



Secara garis besar The Seven Good Years dibagi ke dalam 7 bagian (tahun pertama – tahun ketujuh). Dalam setiap bagian terdapat sekitar 3-7 tulisan. Totalnya ada 35 tulisan dalam buku 208 halaman ini. The Seven Good Years memuat kisah yang dialami Keret dalam rentang 7 tahun pertama kehidupan putranya, Lev. Aku langsung jatuh hati dengan cara Keret bercerita.



Keret bercerita dengan santai dan singkat. Di beberapa bagian dia tidak malu-malu untuk mengejek dan menertawakan diri sendiri. Tapi, dibalik gaya penulisan yang kocak dan on-point ini kita dapat tetap bisa merasakan pesan dibalik setiap tulisannya. Tulisan-tulisan dalam memoar ini penuh ironi sebenarnya.



Tulisan yang paling berkesan bagiku dan berjasa memasukkan memoar ini dalam jajaran buku favoritku adalah tulisan di bagian tahun keempat dengan judul ‘Apa yang Dikatakan Orang Itu?’. 

This story speaks on so many levels to be honest.

Kisah dalam tulisan ini sederhana. Ceritanya berlatarkan ketika Keret dan Sang Putra, Lev, menaiki taksi menuju daerah Ramat Gan. Hal yang terjadi di antara Keret, Lev, dan Sang supir taksi yang temperamental mengingatkanku kembali pada arti dari sebuah permintaan maaf. Kisah ini juga mengingatkanku kembali bahwa seburuk-buruk apapun seseorang di mata kita, jauh dalam lubuk hatinya pasti masih ada kebaikan yang tersimpan.


Aku merekomendasikan memoar ini untuk pembaca yang menyukai kisah-kisah singkat namun mengena tentang hubungan antara sesama manusia. 


Rating
4.2/5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *