Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
Candide, dongeng filsafat satir yang ditulis oleh Voltaire, bercerita tentang seorang pemuda dari Westphalia bernama Candide dan kisahnya bertualang keliling dunia untuk menyelamatkan kekasihnya, Cunegonde. Candide merupakan seorang yang sangat optimistis meskipun dalam perjalanannya ia selalu menghadapi bencana dan musibah. Sifatnya itu didapat dari gurunya, Pangloss. Melalui novel ini, secara tidak langsung Voltaire menyatakan bahwa dunia merupakan sebuah distopia dan kekejaman manusialah yang membuat dunia ini menjadi tidak sempurna.
Menurut Farah Tentang Buku Ini
Aku pikir para pembaca penggemar genre satire di luar sana akan cukup menikmati buku ini. Mengisahkan tentang perjalanan panjang dan berliku seorang pemuda yang ingin bersatu kembali dengan pujaan hatinya, Candide dibalut dengan perpaduan satire dan humor yang sangat enjoyable dan membuat geleng-geleng kepala ketika dibaca. Pembaca dapat menangkap dengan jelas pendapat Sang penulis, Voltaire, tentang beberapa hal lewat caranya menyampaikan kisah petualangan Candide. Kritik Voltaire terhadap penyalahgunaan agama dan kekuasaan dapat pembaca temukan dalam kisah di buku ini. Untuk ukuran buku yang mengangkat berbagai tema sensitif, kelam, dan berpotensi memicu kontroversi (kisah dalam buku ini menyinggung banyak orang sejujurnya), Candide dibungkus dengan sentuhan humor yang penuh dengan sindiran tajam.
Sekilas aku menjadi teringat akan novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared karena cara penuturan cerita dalam buku ini. Walaupun pada dasarnya merupakan cerita yang sangat berbeda, kesamaan dari kedua buku ini adalah bagaimana Sang tokoh utama dalam masing-masing cerita melalui petualangan panjang menuju berbagai tempat dan bertemu dengan berbagai orang serta mengalami berbagai hal sepanjang perjalanan itu. Kedua buku ini pun juga sama-sama bergenre humor dan satire.
Candide dibagi ke dalam 30 bagian pendek dengan alur cerita yang sangat cepat. Saking cepatnya, ada sebuah bagian dimana para tokoh terlibat dalam reuni penuh air mata dan kemudian di halaman selanjutnya mereka malah membunuh satu sama lain, cukup konyol bukan? Bagian ini adalah bagian favoritku dalam buku ini.
Candide yang digambarkan sebagai seorang pemuda yang sangat optimis karena ajaran dari gurunya, Pangloss, seolah dijadikan Voltaire sebagai sarana untuk menunjukkan bagaimana sikap pesimistis yang dimilikinya beralasan dan tidak melulu berkonotasi buruk. Lewat serangkaian kemalangan yang menimpanya, Candide akhirnya mempertanyakan tentang apakah benar dunia ini telah disusun dalam bentuk sebaik-baiknya? Apakah semua hal akan menjadi baik pada akhirnya?
Kalau kau menyukai kisah berbau filsafat yang dibumbui dengan humor dan satire, aku pikir tidak ada salahnya membaca buku ini.
Rating
4/5