When someone puts their journey out there for you to watch, you pay attention – even if you know they will die at the end
Informasi Buku
Judul: They Both Die At The End
Penulis: Adam Silvera
Penerbit: Harper Teen
Bahasa: Inggris
ISBN: 9780062688514
Bulan/ tahun publikasi: September 2017
Jumlah halaman: 373 halaman
Cetakan: pertama (September 2017)
Buku: paperback milik pribadi | tahun 2019 sudah berpindah tangan
Bahasa: Inggris
Kategori Umur: Young Adult (YA)
Temukan buku ini di Goodreads
Blurb
On September 5, a
little after midnight, Death-Cast calls Mateo Torrez and Rufus Emeterio
to give them some bad news: They’re going to die today. Mateo and Rufus
are total strangers, but, for different reasons, they’re both looking to
make a new friend on their End Day. The good news: There’s an app for
that. It’s called the Last Friend, and through it, Rufus and Mateo are
about to meet up for one last great adventure and to live a lifetime in a
single day.
Menurut Farah Tentang Buku Ini
Pada suatu waktu di masa depan, sebuah perusahaan dengan sebutan Death Cast muncul dan mulai memberikan peringatan kepada orang-orang tentang kematian mereka akan terjadi dalam 24 jam ke depan. Panggilan ini memberikan kesempatan bagi para deckers atau orang-orang yang sudah menerima panggilan kematian mereka untuk menghabiskan waktu yang masih tersisa semaksimal mungkin. They Both Die At The End mengingatkan kita kembali akan kemungkinan bahwa kematian dapat menyapa kita dimana saja dan kapan saja tidak peduli apakah kita sudah siap atau belum dalam menyambutnya. Buku ini sedikit banyaknya mengingatkanku pada memoar menyentuh Paul Kalanithi, When Breath Becomes Air.
Alih-alih
berfokus pada aspek science-fiction menarik yang dapat digarap dari
premis ini seperti bagaimana Death Cast dapat mengetahui kematian
orang-orang, Adam Silvera menfokuskan cerita dalam They Both Die At The End pada
dua tokoh cerita yang menghabiskan detik-detik sebelum kematian mereka
bersama-sama. Mateo dan Rufus adalah 2 pemuda dengan kepribadian sangat berbeda
namun sama-sama menerima panggilan kematian mereka diusia yang bahkan belum
menginjak 2 dekade. Lewat aplikasi Last Friends, dua pemuda ini pun
menjadi teman terakhir bagi satu sama lain sebelum pada akhirnya menjemput ajal
masing-masing. Persahabatan singkat yang bahkan tidak berumur sehari ini sangat
berarti bagi Mateo dan Rufus.
berfokus pada aspek science-fiction menarik yang dapat digarap dari
premis ini seperti bagaimana Death Cast dapat mengetahui kematian
orang-orang, Adam Silvera menfokuskan cerita dalam They Both Die At The End pada
dua tokoh cerita yang menghabiskan detik-detik sebelum kematian mereka
bersama-sama. Mateo dan Rufus adalah 2 pemuda dengan kepribadian sangat berbeda
namun sama-sama menerima panggilan kematian mereka diusia yang bahkan belum
menginjak 2 dekade. Lewat aplikasi Last Friends, dua pemuda ini pun
menjadi teman terakhir bagi satu sama lain sebelum pada akhirnya menjemput ajal
masing-masing. Persahabatan singkat yang bahkan tidak berumur sehari ini sangat
berarti bagi Mateo dan Rufus.
Seorang Mateo
yang terlalu baik namun sangat tertutup membuat Rufus dapat menerima kenyataan
pahit masa lalu yang senantiasa menghantuinya. Rufus sendiri menjadi sandaran
dan penyemangat Mateo untuk keluar dari dinding yang dia bangun sendiri, Rufus
membantu Mateo untuk merasa lebih bebas dan menerima dirinya sendiri. They
Both Die At The End menyampaikan pesan standar yang sering kita temukan
dalam novel-novel remaja lain, tentang bagaimana kita harus hidup dan melalui
hari-hari kita semaksimal mungkin – live the life to the fullest.
Sepertinya alasan inilah yang membuat They Both Die At The End tidak
terlalu impactful untukku secara pribadi. Ketika When Breath Becomes
Air memang membuatku duduk terdiam pasca membacanya, They Both Die At
The End hanya membuatku merasa “oke…” dan langsung move on melakukan
hal lain. Tidak terlalu banyak hal baru yang dieksplorasi sepanjang cerita
selain mengikuti bagaimana Rufus dan Mateo menghabiskan jam terakhir dalam
hidup mereka. Beberapa orang mungkin saja akan merasa bahwa novel ini lumayan dragy
dan cenderung klise di beberapa bagian.
yang terlalu baik namun sangat tertutup membuat Rufus dapat menerima kenyataan
pahit masa lalu yang senantiasa menghantuinya. Rufus sendiri menjadi sandaran
dan penyemangat Mateo untuk keluar dari dinding yang dia bangun sendiri, Rufus
membantu Mateo untuk merasa lebih bebas dan menerima dirinya sendiri. They
Both Die At The End menyampaikan pesan standar yang sering kita temukan
dalam novel-novel remaja lain, tentang bagaimana kita harus hidup dan melalui
hari-hari kita semaksimal mungkin – live the life to the fullest.
Sepertinya alasan inilah yang membuat They Both Die At The End tidak
terlalu impactful untukku secara pribadi. Ketika When Breath Becomes
Air memang membuatku duduk terdiam pasca membacanya, They Both Die At
The End hanya membuatku merasa “oke…” dan langsung move on melakukan
hal lain. Tidak terlalu banyak hal baru yang dieksplorasi sepanjang cerita
selain mengikuti bagaimana Rufus dan Mateo menghabiskan jam terakhir dalam
hidup mereka. Beberapa orang mungkin saja akan merasa bahwa novel ini lumayan dragy
dan cenderung klise di beberapa bagian.
Nilai tambah
novel ini menurutku adalah bahasa novelnya yang mengalir dan bagaimana Silvera
menuturkan kisah dari sudut pandang tokoh selain Mateo dan Rufus. Di sepanjang
novel kita akan menemukan penuturan cerita dari sudut pandang tokoh lain yang
pernah bersinggungan dengan Mateo dan Rufus. Ada bagian yang menuturkan kisah
dibalik Andrea, wanita dari Death Cast yang menghubungi Mateo untuk
memberitahukan kematiannya. Ada juga bagian lain yang menuturkan kisah dari
sudut pandang Deidre yang merupakan pegawai dari tempat yang sempat dikunjungi
Mateo dan Rufus dihari terakhir mereka. Membaca kisah Mateo dan Rufus dari
sudut pandang tokoh sampingan seperti ini adalah hal yang menyenangkan.
novel ini menurutku adalah bahasa novelnya yang mengalir dan bagaimana Silvera
menuturkan kisah dari sudut pandang tokoh selain Mateo dan Rufus. Di sepanjang
novel kita akan menemukan penuturan cerita dari sudut pandang tokoh lain yang
pernah bersinggungan dengan Mateo dan Rufus. Ada bagian yang menuturkan kisah
dibalik Andrea, wanita dari Death Cast yang menghubungi Mateo untuk
memberitahukan kematiannya. Ada juga bagian lain yang menuturkan kisah dari
sudut pandang Deidre yang merupakan pegawai dari tempat yang sempat dikunjungi
Mateo dan Rufus dihari terakhir mereka. Membaca kisah Mateo dan Rufus dari
sudut pandang tokoh sampingan seperti ini adalah hal yang menyenangkan.
Kalau kau menyukai bacaan young adult yang menyedihkan tapi tetap menyimpan harapan di balik ceritanya, buku ini bisa jadi adalah buku untukmu.
Rating
3,5/5
Terhibur/terbantu dengan tulisan ini? Dukung Farah melalui Karyakarsa
Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif The Storygraph | @farbooksventure di The StoryGraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat
hai kak, ingin bertanya. buku yang menurut kakak 5/5 apa ya?
Halo, Unknown…
Buku yang menurutku 5/5 tentu saja subjektif, ya. Belum tentu cocok atau nanti akan menjadi bacaan 5/5 juga untukmu. Namanya juga kembali ke selera 🙂 Kalau penasaran dengan buku 5/5 versiku, bisa mampir ke label rating-5 di blog ini (semoga membantu): https://www.farbooksventure.com/search/label/Rating%205
Terima kasih sudah mampir!