[18/09/18] Tentang The Geography of Genius Karya Eric Weiner

https://www.instagram.com/p/Bn3q-ylnDku/?taken-by=farbooksventure

“Kalau satu desa diperlukan untuk membesarkan seorang anak, dibutuhkan seisi kota untuk membesarkan seorang genius.”

Informasi Buku
Judul: The Geography of Genius
Penulis: Eric Weiner
Penerbit: Qanita
ISBN: 9786024020248
Cetakan: Pertama (Juni 2016)
Tahun publikasi: 2016
Jumlah halaman: 576 halaman
Buku: milik pribadi
Temukan buku ini di Goodreads

Blurb
Dalam buku ini, Eric
Weiner melakukan perjalanan keliling ke beberapa tempat di dunia untuk
mencari tahu hubungan antara lingkungan kita dan ide-ide inovatif. |a
menjelajahi sejarah kota-kota seperti Wina, Florence, Athena, Hangzhou,
dan tentu saja Silicon Valley.

Masih dengan gayanya yang nakal,
cerdas, dan humoris, Weiner menapaktilasi jalanan yang pernah dilalui
Socrates, Michaelangelo, dan Leonardo da Vinci. Ia juga merenungkan
sejarah teori Darwin, pemikiran Freud, dan berjalan-jalan di hutan
seperti yang dilakukan Beethoven zaman dulu.

The Geography of
Genius meredefinisi argumen tentang bagaimana seorang genius muncul.
Weiner mengevaluasi ulang tentang bagaimana pentingnya budaya dalam
memantik dan memelihara kreativitas.

Menurut Farah Tentang Buku Ini
Tanpa terasa sudah lebih dari satu tahun berlalu sejak aku pertama kali jatuh hati pada catatan perjalanan Eric Weiner dalam The Geography of Bliss. Dalam rentang waktu itu, aku juga sudah memiliki dua buku karya Weiner yang lain; The Geography of Genius dan The Geography of Faith. Setelah akhirnya membiarkan kedua buku ini dalam tumpukan bacaan to-be-read selama berbulan-bulan, aku akhirnya merasa siap untuk tenggelam dalam tulisan personal kaya fakta menarik ala Eric Weiner lagi. Dalam The Geography of Bliss sendiri kita mengikuti perjalanan menarik Weiner ketika mengunjungi berbagai tempat dan negara yang “diklaim” merupakan tempat paling membahagiakan di dunia ini. Dalam buku itu, Weiner berusaha untuk memahami apa resep tempat-tempat ini dalam menciptakan “kebahagiaan” bagi orang-orang yang tinggal di sana.
Dalam The Geography of Genius sendiri, Weiner pun kembali mencoba memahami rahasia dibalik tempat-tempat dimana orang-orang genius berkumpul dari masa ke masa. Apakah para genius ini muncul karena cuaca di tempat itu? Makanannya? Lingkungannya? Buku 576 halaman ini menjabarkan kisah Weiner yang mencoba untuk menyelidiki keistimewaan tempat yang pernah dibanjiri pasukan orang-orang genius. Dari Athena yang sempat melalui masa keemasaannya berabad-abad lalu sampai ke tempat dimana orang-orang genius zaman sekarang berkumpul yaitu Sillicon Valley. Lagi-lagi buku ini menjadi buku yang informatif dan tetap menyenangkan ketika dibaca.


Riset untuk buku travelogue ini memang tidak main-main. Aku salut dan sangat mengapresiasi upaya penulis dalam menyusun buku kaya informasi ini. Aku seperti melihat sejarah lewat cara menarik dan tidak terbebani dari tulisan Eric Weiner. Sejarah tentang orang-orang genius dari berbagai era lebih tepatnya. Kalau kamu menaruh minat pada topik ini, aku pikir buku ini cocok menjadi pilihan bacaanmu. Banyaknya informasi baru yang bisa kita temukan dalam buku ini juga membuat The Geography of Genius menjadi bacaan yang cocok untuk nikmati dan dihayati perlahan-lahan. Ada banyak momen ketika aku tersenyum dan terpana sendiri setelah membaca uraian Weiner tentang kisah dibalik tiap kota yang dikunjunginya. 

Weiner memang memiliki tujuan idealis dibalik penyusunan buku ini. Dalam The Geography of Genius, Weiner berusaha untuk menelusuri alasan dibalik kemunculan orang-orang genius dari berbagai masa di tempat-tempat tertentu di dunia. Akan tetapi, formula dibalik kegeniusan sekelompok orang di tempat tertentu memang terlampau kompleks (mengutip kata-kata Weiner kompleks itu tidak sama dengan rumit) untuk dirumuskan. Berbagai fakta dan pendapat yang dituliskan dalam buku ini memang lumayan eye-opening dan menarik untuk dijadikan renungan bagi pembacanya. Beberapa pendapat lain tentu saja tidak selalu senada dengan pendapatku (apa spesialisasi pekerjaan benar-benar berdampak tidak baik pada kreatifitas?). But that’s okay. Buku ini tetap menjadi gudang informasi yang berharga.


The Geography of Genius terdiri dari 8 bab dan dilengkapi dengan pengantar di awal buku dan prolog di bagian penutup. Dalam kedelapan bab ini kita akan menemukan uraian tentang berbagai tempat yang dalam sejarah peradaban manusia sempat mencetak banyak orang-orang genius dalam satu periode. Dari tulisan tentang kota Athena yang dalam sejarah Yunani kuno sempat menelurkan beberapa filsuf ternama sepanjang zaman seperti Socrates dan Plato. Tulisan tentang kota Hangzhou yang pada era Dinasti Song sempat mencetak individu genius multidisiplin seperti Su Tungpo. Tulisan tentang kota Florence yang dalam era renaisans menjadi pusat kebudayaan dan seni tinggi lewat kehadiran seniman sekelas Leonardo Da Vinci dan Michelangelo. Tulisan tentang kota Edinburgh yang sempat menjadi pusat kemajuan ilmu kedokteran dunia. Lalu tulisan tentang kota Wina yang tidak hanya melalui satu masa keemasan tapi dua masa keemasan sekaligus. Masa keemasan Wina pertama ditandai dengan kemunculan musisi handal seperti Mozart dan Beethoven. Masa keemasan Wina yang kedua sendiri ditandai dengan kemajuan pesat dalam berbagai disiplin ilmu di negeri itu, salah satu tokoh ternama dari era ini adalah Bapak Psikoanalisis, Sigmund Freud. Kita juga dapat menemukan tulisan tentang Kota Kolkata yang secara tidak terduga menjadi tempat kemunculan Renaisans Bengali. Tulisan Weiner pun akhirnya membawa kita ke daerah Silicon Valley, tempat orang-orang genius dan raksasa IT berkumpul di masa sekarang.


Pada akhirnya penulis buku ini memang tidak menemukan formula absolut maupun rahasia tepat dibalik tempat-tempat yang pernah dipenuhi orang-orang genius dalam sejarah peradaban manusia ini. Meskipun begitu, tempat-tempat ini bisa dibilang memiliki beberapa persamaan. Persamaan yang paling aku ingat adalah tentang bagaimana tempat-tempat ini merupakan perpaduan antara keteraturan dan kekacauan. Selain itu, tempat-tempat di atas juga sempat dilanda masa kelam dan memang memiliki kondisi yang tidak terlalu ramah pada penduduknya. Kondisi kekangan dan penuh keterbatasan memang dapat memicu kreatifitas seseorang. Ini bisa menjadi salah satu faktor pemicu kemunculan genius kreatif yang dibicarakan buku ini.

Poin lain yang paling aku ingat adalah tentang bagaimana genius tunggal itu sebenarnya tidak ada. Di balik satu sosok genius pasti ada satu sosok genius lain yang mengimbangi atau mentor yang memotivasi mereka dalam mencapai kegeniusan.


Aku benar-benar merekomendasikan buku ini untuk penggemar bacaan sejarah dan travelogue di luar sana.


Rating
4/5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *