The StoryGraph Book Tag

Sebuah tulisan untuk mengapresiasi situs buku alternatif The StoryGraph.

Aku sangat bersemangat ketika menemukan ini bulan lalu. Terima kasih pada blogger buku di The Literary Phoenix, book tag untuk situs buku The StoryGraph akhirnya lahir!

Kalau pernah membaca kiriman Monthly Reading List di blog Far’s Books Space, kamu tentu sudah familiar dengan situs satu ini. Statistik dan grafik dari situs tersebut memang sudah menjadi tamu rutin dalam tulisan daftar bacaan bulananku sejak awal 2021.

Setelah menggunakan The StoryGraph selama kurang lebih 10 bulan, aku tentu tidak ingin melewatkan kesempatan untuk “pamer” halamanku di sana lewat kiriman blog ini. Tanpa ba bi bu lagi, selamat menikmati penampakan profil-ku di The StoryGraph (selanjutnya akan aku sebut TSG) melalui gambar dan uraian singkat.

Bagian Satu: Halaman Depan 

Buku apa yang muncul di bagian “Your Recommendations”?

Laman “Your Recommendations” sangat bermanfaat untuk pembaca yang tidak ingin terlalu aktif di media sosial tapi masih ingin mendapat rekomendasi buku menarik. Ketika membuat akun di TSG, kita akan diarahkan untuk mengisi survei singkat tentang kecenderungan (preference) bacaan kita. Hasil survei ini kemudian dipakai algoritma untuk menemukan buku yang muncul di laman “Your Recommendations”.

Dalam survei, aku mencantumkan buku kumpulan cerpen dan buku kontemporer sebagai genre yang sedang ingin aku baca saat ini. Aku secara spesifik juga ingin membaca buku karya penulis BIPOC. Jadi, tidak mengejutkan kalau tiga buku kumpulan cerita pendek (Lot, The Refugees, It’s A Whole Spiel) dan satu buku kontemporer (We’ll Fly Away) direkomendasikan dalam gambar di atas. 

Buku apa yang muncul di bagian “Your To-Read Pile”?

Ah, TBR… Sebuah laman yang sepertinya tidak akan pernah kosong ya untuk seorang pembaca. Meskipun sudah jarang membeli buku fisik, TBR-ku masih terus memanjang karena buku digital yang lebih sering aku baca akhir-akhir ini. Kartun Riwayat Peradaban adalah satu-satunya TBR fisik dari empat buku di atas. Tiga buku lain (Erotic Stories For Punjabi Widows, The Great Mortality, dan Predictably Irrational) adalah buku fiksi dan nonfiksi digital yang bermukim di pustaka Scribd-ku.

Apa yang muncul di kotak “Currently Reading”?

Aku mengawali bulan April dengan satu buku YA singkat & satu buku klasik yang sudah aku “coba” baca selama empat tahun terakhir. Ketika kiriman ini ditulis, aku tinggal mendengarkan 51 menit lagi dari audiobook Pet. Aku juga sudah membaca 41% dari novel The Picture of Dorian Gray. Siapa sangka aku akhirnya akan menyelesaikan buku karya Oscar Wilde ini di percobaan ke-empat.

 

Apa yang muncul di kotak “On the StoryGraph”?

Buku yang muncul dalam kotak ini adalah buku yang baru saja ditambahkan ke dalam database situs TSG. Terkadang memang ada buku dengan judul menarik & membuat penasaran. Akan tetapi, secara umum aku jarang mengutak-atik kotak ini dan hanya memandangnya sepintas lalu ketika ingin memperbarui kemajuan bacaanku.

Bagian Dua: Laman StoryGraph-mu

Menurut The StoryGraph, tipe buku apa saja yang kamu baca?

TSG mengolah data dari 300-an buku yang ada di profilku dan menyimpulkan bahwa aku cenderung membaca buku fiksi yang reflektif, emosional dan adventurous. Buku-buku ini biasanya beralur medium dengan panjang yang kurang dari 300 halaman. Kalau tidak salah ingat, statistik umum ini sepertinya sedikit berubah. Alih-alih membaca buku beralur medium, di akhir 2020 bacaanku sepertinya masih didominasi buku beralur cepat.

 

Buku apa yang kamu baca baru-baru ini (“Read Recently”)?

Tiga bulan awal di tahun 2021 sejujurnya cukup memprihatinkan kalau dilihat dari sisi bacaan berkesan. Sayang sekali, aku belum menemukan terlalu banyak bacaan favorit sejauh ini. Akan tetapi, bulan Maret ditutup dengan dua bacaan memuaskan yang berpotensi masuk ke dalam daftar TOP 11 Reads edisi 2021-ku; In The Dream House, memoar penting dengan gaya penulisan indah karya Carmen Maria Machado dan Honey Girl, novel kontemporer tentang menjadi versi lebih baik dari diri sendiri karya Morgan Rogers. Check them out, friends!

 

Apa buku “5 Stars Reads”-mu?

Buku-buku di atas adalah bacaan bintang 5 versiku dari dua tahun terakhir. Ada buku favorit paling baru & sudah aku sebut beberapa kalimat yang lalu; In The Dream House. Ada dua buku yang aku baca di tahun 2020: buku komik lucu Strange Planet & buku nonfiksi Mythology An Illustrated Journey (ulasan lengkap buku ini juga sempat aku tulis pada bulan Mei tahun lalu). Buku terakhir, Saints & Misfits, aku baca pada bulan Ramadhan tahun 2019. S.K. Ali always makes great contemporary works! Kalau mencari bacaan fiksi untuk bulan Ramadhan, buku-buku beliau patut dicoba.

 

Apa “Books Tagged” versimu? (**)

Fitur tag/label adalah fitur lain yang (secara tidak terduga) sering aku digunakan di TSG. Selain untuk menandai buku TBR dari berbagai sumber berbeda (label TBR Scribd ini misalnya). Aku juga memakai label untuk membuat “rak buku” dengan tema tertentu. Ada rak untuk buku all-time-favorite, juga ada rak untuk buku menarik tapi masih ragu ingin aku baca atau tidak. Aku juga membuat rak untuk menandai darimana aku menemukan buku bersangkutan. Contohnya rak rekomendasi TSG & Youtube ini. It’s a pretty versatile feature if you ask me.


(**) Terhitung mulai pertengahan April 2021, kolom “Books tagged” berubah menjadi “Tags”. Berikut penampakan kotak Tags-ku:

Apa kamu mengikuti tantangan baca? Kalau iya – bagaimana perkembangannya?

Iya! Meskipun tidak sebanyak biasanya. Tahun ini aku berpartisipasi dalam 2 tantangan baca yang di-host oleh TSG saja. Dari dua tantangan baca ini, TSG’s Onboarding Reading Challenge adalah tantangan baca yang lebih santai. Selain tidak terlalu demanding karena hanya ada 5 prompt, tantangan satu ini juga membantu pembaca baru yang ingin mengenal berbagai fitur yang ditawarkan TSG.

 

TSG’s Genre Challenge sendiri lebih menantang karena kita memang didorong untuk memperluas genre bacaan & keluar dari zona nyaman. Sampai sekarang aku belum tahu ingin membaca buku puisi apa untuk prompt ke-delapan. Aku juga puas dengan progress yang aku buat. I really want to take it slow this year, you know?

 

Buku apa yang mengisi kotak “Owned”-mu?

Nah, kotak yang satu ini memang masih didominasi buku fisik.

Kisah-Kisah Tengah Malam adalah buku yang memantik ketertarikanku pada karya Edgar Allan Poe. Aku pernah menulis tentang buku kumpulan cerpen (kumcer) horor ini dalam kiriman blog dari tahun 2017 lalu. Aku juga sempat menulis tentang buku Cinta Tak Ada Mati pada tahun 2018. Lagi-lagi merupakan buku kumcer, namun kali ini merupakan karya penulis Indonesia, Eka Kurniawan. Novel misteri Pembunuhan di Orient Express sendiri baru selesai aku baca bulan Maret lalu. Tunggu komentar lengkapnya di kiriman Monthly Reading List Maret ya!

Bagian Tiga: Statistik

Untuk tahun ini, apa tiga teratas mood bacaanmu?

Mood reflektif & emosional tetap tidak tergantikan kalau bicara tentang mood bacaan teratas pada tahun 2021. Mood misterius sendiri menempati tempat ketiga karena proyek pribadiku yang membaca satu buku Agatha Christie setiap bulan, sepanjang tahun ini. Penasaran bagaimana ini akan berubah menjelang akhir tahun.

 

Lebih suka bacaan beralur (pace) apa tahun ini?

Berbeda dari tahun 2020 ketika bacaan dengan alur cepat menjadi primadona, tahun ini aku lebih condong membaca buku-buku beralur medium. Apakah ini pertanda bahwa attention span-ku dalam membaca (akhirnya) meningkat? Who knows, honestly?

 

Buku dengan jumlah halaman berapa yang cenderung kamu baca?

Lagi-lagi aku mengejutkan diri sendiri. Meskipun bacaan <300 halaman masih mendominasi, ternyata aku juga tidak segan untuk membaca buku 300-499 halaman. Buku-buku tebal di rak TBR-ku sepertinya bisa bernafas lega karena aku tidak akan meninggalkan mereka.

 

Apa kamu tipe pembaca fiksi atau nonfiksi?

Untuk setidaknya beberapa tahun ke depan, sepertinya aku akan bertahan sebagai pembaca dengan rasio bacaan 75% : 25% untuk buku fiksi dan nonfiksi.

 

Apa genre bacaan teratas sejauh ini?

Berdasarkan data dari 3 bulan awal pada tahun 2021, buku-buku LGBTQIA+ dan Mystery menduduki posisi dua teratas dalam statistik bacaanku. Keduanya diikuti oleh buku YA & Crime di tempat ketiga dan keempat. Selain proyek maraton baca buku Agatha Christie, keterlibatanku pada beberapa klub buku sepertinya mempengaruhi persebaran genre bacaan ini. I can’t wait to get around to read more contemporary books.

 

Bagaimana tampilan grafik jumlah buku (“number of books”) dan “pages chart”-mu?

Meskipun baru awal tahun, naik turun mood membacaku sudah sangat kentara ya dalam grafik ini. Kalau dibandingkan dengan statistik dari waktu yang sama pada tahun 2020, jumlah buku & halaman yang aku baca tahun ini memang lebih banyak. Aku memprediksi bahwa bulan Juli/Agustus akan menjadi puncak paling tinggi dalam grafik ini di akhir tahun (kalau melihat tren beberapa tahun ini, prediksi ini sangat mungkin menjadi kenyataan).

 

Apa rating rata-rata dari bacaanmu untuk tahun ini?

Aku rasa ini adalah rata-rata rating buku terendah dalam sejarah pribadiku sebagai pembaca. Apa ini risiko bereksperimen dengan jumlah dan genre buku? Bisa jadi. Aku harap aku bisa menemukan lebih banyak bacaan 4 atau 5 bintang dalam sembilan bulan ke depan.


Terima kasih karena sudah membaca kiriman ini sampai akhir!

Aku juga ingin mengajak dua teman blogger (dan sesama pengguna TSG) untuk menjawab pertanyaan dalam book tag ini:

Reka dari blog Haloreka 

Anindya dari blog Musik dan Fantasi

Kalau ingin mencoba TSG & tertarik untuk menulis kiriman book tag ini, let me know in the comment! Aku kepo ingin membaca tulisanmu juga 😀

Daftar Pertanyaan The StoryGraph Book Tag

Bagian Satu: Halaman Depan

 

Bagian Dua: Laman StoryGraph-mu

 

Bagian Tiga: Statistik

(*) Pertanyaan aku terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari kiriman asli yang berbahasa Inggris.

(**) Pembaharuan 16/04/2021: Kolom “Book tagged” berubah menjadi kolom “Tags”.

Terhibur/terbantu dengan tulisan ini? Dukung Farah melalui Karyakarsa

Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The Storygraph | @farbooksventure di The StoryGraph

Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

Februari 2021: Bulan Baca Lambat

 

1 fiksi di awal bulan dan 1 nonfiksi di akhir bulan. Februari adalah bulan baca santai.

Statistik Menunjukkan…

Tidak terlalu banyak untuk bulan Februari.

Pada bulan Februari 2021, aku berhasil menyelesaikan dua buku (576 halaman). Kedua buku ini merupakan buku elektronik (e-book) yang aku akses dari situs Bookmate. Buku fiksi sendiri memberiku asupan bacaan yang misterius, emosional, dan penuh petualangan. Nonfiksi pun mengimbangi dengan bacaan informatif, reflektif, dan menantang. Potongan moods merata pada tabel pie di atas terlihat begitu memuaskan, bukan? Tidak hanya menghibur, bacaan bulan ini juga memperluas dan memperkaya sudut pandangku sebagai manusia.

Entah kenapa, aku kaget sendiri ketika sadar bahwa dua buku yang aku tamatkan ini adalah buku beralur medium. Apalagi kalau mengingat kecenderunganku untuk membaca buku beralur cepat yang masih bertahan sampai bulan Januari. Melihat pergeseran kecenderungan ini, tidak mengherankan kalau jumlah bacaanku tidak setinggi bulan sebelumnya. Aku juga masih setia dengan buku kurang dari 500 halaman.

Sama seperti bulan Januari lalu, aku masih setia membaca buku fantasi YA & LGBTQ. Terima kasih (lagi-lagi) pada klub buku The Diversitea di Twitter, aku juga berhasil membaca satu buku nonfiksi tentang politik, identitas, dan ras yang sudah menarik perhatianku sejak lama. Kalau diperhatikan, dua buku yang berhasil aku tamatkan ini memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama buku yang memiliki tenggat waktu/deadline.


Buku pertama adalah buku yang aku baca bersama dengan seorang teman. Buku kedua sendiri adalan book pick klub buku yang harus aku selesaikan dalam waktu dua minggu supaya bisa berpartisipasi dalam diskusi klub. Kalau tidak ada tenggat waktu, sepertinya aku tidak akan menyelesaikan satu buku pun di bulan Februari. Moody reader ya begini kebiasaannya.


Meskipun tidak menyelesaikan buku sebanyak di bulan Januari, aku cukup puas dengan diskusi yang muncul dari dua buku yang aku tamatkan pada bulan Februari ini.  


Catatan sampingan: sesuai dengan rencana dari kiriman kemarin, aku membaca satu buku Agatha Christie di bulan Februari. Mengingat buku bersangkutan baru aku tamatkan pada tanggal dua Maret, jangan heran kalau di Monthly Reading List bulan Maret akan ada dua buku Agatha Christie yang tercantum dalam daftar bacaan.


Daftar Bacaan

  • Cemetery Boys – Aiden Thomas (buku fantasi kontemporer kaya dengan unsur kebudayaan Amerika Latin)

Premis spooky novel 320 halaman ini langsung menarik perhatian ketika aku pertama kali membaca blurb-nya. Aku juga penasaran dengan perjalanan yang harus dilalui protagonis transgender kita di lingkungan yang masih memiliki norma agak kaku tentang gender. Aspek cerita tentang perjalanan Yadriel ini adalah bagian terbaik dalam Cemetery Boys, menurutku.


Sayang sekali, aku tidak menyukai novel ini sebesar yang aku harapkan. Selain merasa tidak terhubung dengan karakter remaja dalam cerita (risiko membaca ini di adulthood mungkin?), aku juga bukan penggemar villain cartoonish dalam ceritanya. Meskipun aspek misteri menarik perhatian di awal, twist cerita yang ada pada akhirnya tidak begitu mengejutkan. Kesulitanku untuk terhubung dengan karakter juga membuat romansa dalam cerita ini tidak terlalu menarik.


Aku masih akan merekomendasikan buku ini bagaimanapun juga, terutama untuk pembaca muda yang tertarik dengan buku YA fantasi stand alone yang tidak terlalu berat.


Aku juga menulis tentang buku ini di The StoryGraph.


Dalam buku 256 halaman ini, Ijeoma Oluo memaparkan pendapat dan saran yang dia punya untuk orang-orang yang ingin memiliki percakapan produktif tentang ras. Secara spesifik, percakapan ras dalam konteks ini adalah ras di Amerika Serikat.


Kalau mencari buku yang memberi panduan konkrit tentang langkah apa yang harus dilakukan seorang individu tentang topik ini, So You Want to Talk about Race adalah buku untukmu. Tidak hanya memberi saran, Oluo juga menjelaskan definisi dari berbagai istilah yang sering muncul dalam percakapan semacam ini dengan bahasa yang mudah dimengerti. Penulis juga tidak segan untuk memberi contoh & membagikan pengalaman pribadinya supaya penjelasan yang dia berikan bisa langsung dipahami pembaca. 


Aku harap buku So You Want to Talk about Race bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam waktu dekat supaya bisa dibaca lebih banyak orang.


Video Booktube Favorit Bulan Ini

Aku sudah menjadi penonton rutin beberapa kanal booktube berbahasa Inggris selama satu tahun terakhir. Pada bagian (baru) dalam kiriman ini, aku akan mendokumentasikan beberapa video booktube berkesan yang aku tonton setiap bulan:


Daya tarik kanal Cindy selain ulasan buku informatif dan jelas adalah personanya yang terbilang chaotic. Persona ini membuat Cindy menghadirkan berbagai video tidak biasa yang sangat menghibur. Contohnya saja ketika dia mengulas buku Kissing the Coronavirus dengan keseriusan yang patut dikagumi. Tidak hanya itu, Cindy juga memiliki kemampuan untuk merilis video diskusi yang seimbang & thought-provoking. She truly has the range.


Aku sangat mengapresiasi video diskusi di atas karena topik yang diangkat tidak hanya bisa diaplikasikan untuk penulis, tapi juga bisa digunakan untuk memandang content creator atau figur publik secara umum.


Aku mulai mengikuti kanal Seji setelah melihat interest-nya terhadap karya sastra klasik yang jarang disorot. Video ulasan buku Rahasia Hati karya Natsume Soseki sendiri adalah salah satu video favoritku dari Seji. Melalui video literary overview ini, aku menemukan kesamaan lain dengan Seji sebagai pembaca. Ternyata kami sama-sama menyukai bacaan pendek. Ada setidaknya 6 buku yang menarik perhatianku dalam video ini (dan semua buku ini adalah buku yang tidak terlalu sering dibicarakan di booktube). Label on-my-radar-ku di The StoryGraph semakin penuh buku berkat video panjang ini.


Kalau tertarik dengan sastra/literatur Jepang, kamu juga bisa menemukan banyak rekomendasi menarik dari kanal The Artisan Geek ini.


Bacaan Lanjutan

  1. Intan dari BP-Guide ID dengan baik hati mewawancarai aku tentang blog buku ini di bulan Februari! Artikel wawancaranya bisa dibaca di sini: Tenggelam Dalam Dunia Farah di Far’s Books Space: Dunia Dimana Buku adalah Cinta Pertamamu! [BP Guide]
  2. Monthly Reading List: Januari 2021 [Far’s Books Space]
>>>

Terhibur atau terbantu dengan tulisan ini? Kamu juga bisa mendukung Farah lewat Karyakarsa

Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The Storygraph

Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

>>>

Terima kasih karena sudah membaca sampai akhir!

Januari 2021: Bulan Baca Biasa Saja

Dari YA sampai novel Agatha Christie, berikut daftar enam buku yang aku baca di bulan pertama tahun 2021.

2021 dibuka dengan serangkaian buku biasa saja dari segi rasa sukaku sebagai pembaca. Dari beberapa buku ini, hanya satu buku yang menurutku pas untuk dibaca di awal tahun karena ceritanya yang menghangatkan hati & membuat pembaca merasa lebih hopeful tentang kehidupan secara umum.


Berikut garis besar statistik bacaanku menurut situs buku alternatif, The StoryGraph:


Statistik Menunjukkan…

Di bulan Januari 2021, aku berhasil menamatkan enam buku (1.260 halaman). Tiga buku merupakan buku elektronik (e-book) yang dibaca melalui Google Play Book & Scribd. Dua buku aku nikmati dalam wujud audiobook (juga lewat Scribd) dan satu buku merupakan buku fisik yang aku pilih secara acak dari timbunan di rak. Dilihat dari daftar bukunya, bacaan bulan ini memang didominasi buku yang sudah ada di TBR fisik/digital-ku sejak lama. Aku harap aku bisa mempertahankan tren ini sepanjang tahun, mengingat rencanaku yang memang ingin membabat jumlah buku di TBR pribadi selama beberapa tahun terakhir.

Dilihat dari mood bacaan, tidak mengejutkan mungkin ketika bacaanku didominasi buku emotional & reflektif. Bacaan jenis ini memang go-to-ku sepanjang tahun. Hal yang menarik adalah bagaimana tahun baru membuatku mendadak tergerak untuk membaca buku dengan mood hopeful.


Kalau mengintip alur bacaan, buku beralur cepat masih menjadi bacaan primadona. Aku cukup senang bagaimanapun juga karena bisa menyelesaikan satu buku beralur lambat lagi. Perubahan juga tampak ketika melihat statistik jumlah halaman buku. Pada Desember 2020, 75% bacaanku adalah buku <300 halaman. Tahun baru akhirnya mengantarkanku pada ritme membaca yang bisa fokus menyelesaikan buku 300-400 halaman.


Tidak hanya itu saja, bacaan fiksi juga kembali berjaya di bulan Januari (5/6 buku). Setelah mengintip statistik lebih detail, ternyata rasio bacaanku memang hampir selalu 75:25 untuk fiksi & nonfiksi dari tahun ke tahun. Nonfiksi begitu bersinar pada 2020 karena buku-buku ini akhirnya mengisi jajaran Top 11 Reads yang biasanya diduduki buku fiksi. Jadi ya, aku rasa prediksiku tahun lalu tentang bagaimana rasio bacaan fiksi & nonfiksi akan mendekati 50:50 tidak akan terjadi dalam waktu dekat.


Satu hal yang berjasa dalam membuat buku YA & LGBTQ+ mendominasi daftar bacaan bulan ini (dan bisa jadi sepanjang tahun) adalah klub buku The Diversitea di Twitter. Kalau mencari klub buku lokal yang fokus merekomendasikan/mendiskusikan bacaan diverse/own-voice, The Diversitea sepertinya adalah klub buku untukmu. Keterlibatanku dengan klub buku ini juga membuatku bersemangat untuk membaca buku YA & LGBTQ+ yang masih banyak bersenyam di TBR digital.


Jangan heran juga kalau genre misteri/crime mendadak rutin muncul dalam rangkaian tulisan Monthly Reading List ini. Masih dengan semangat membabat TBR (kali ini TBR fisik), aku akan berusaha untuk membaca satu buku Agatha Christie setiap bulan sepanjang 2021. Aku memang memiliki setumpuk buku karya penulis yang satu ini di rak. Buku-buku ini sudah nongkrong di sana selama > 6 tahun. Sepertinya waktu untuk membaca mereka sudah datang.

Daftar Bacaan

  • The Weight of Our Sky – Hanna Alkaf (A historical fiction that isn’t about world war & written by SEA author)

Aku (akhirnya) membaca buku yang sudah lama duduk manis di TBR ini karena The Diversitea menjadikan buku ini sebagai book pick pertama mereka pada 2021. The Weight of Our Sky adalah bacaan yang cocok untuk pembaca yang baru pertama kali mencoba genre fiksi sejarah (historical fiction). Gaya bahasa yang digunakan juga ramah untuk pembaca yang masih membiasakan diri dengan buku berbahasa Inggris.  Novel ini juga terbilang tipis (<300 halaman) sehingga sangat mungkin untuk dibaca dalam waktu singkat.


Aku membaca edisi buku elektronik The Weight of Our Sky melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.



  • The House in the Cerulean Sea – T.J. Klune (A story about found-family & being brave enough to choose happiness for yourself, January favorite reads!)

Betul sekali, Kawan. Ini lah buku hopeful yang berhasil menghangatkan hatiku di awal tahun. Fantasi tidak selalu menjadi pilihan bacaan pertamaku, tapi novel ini berhasil menggabungkan aspek buku kontemporer & fantasi dengan seimbang. Cocok untuk pembaca yang mencari buku fantasi yang tidak terlalu berbeda dari realita kita. Juga buku untuk pembaca yang ingin menikmati cerita wholesome & mengundang senyum. FF (fanfic) hurt/comfort adalah bacaan favoritmu? Sepertinya The House in the Cerulean Sea adalah novel untukmu juga! 


Aku membaca edisi audiobook The House in The Cerulean Sea melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


Buku ini adalah sebuah kekecewaan. Aku punya ekspektasi tinggi karena aku menemukan Ghostland dari rekomendasi Youtuber yang video-videonya sangat aku nikmati. Topik yang diangkat dalam buku ini pun sejalan dengan minatku pada hal/tempat berbau sejarah & punya reputasi supernatural. Sayang sekali, buku nonfiksi beralur lambat ini sangat sulit untuk dibaca karena gaya penulisan bertele-tele & format buku membingungkan. Meskipun menemukan beberapa informasi menarik, gaya penulisan tidak bersahabat ini benar-benar menghilangkan kesenanganku dalam membaca buku ini.


Aku membeli edisi buku elektronik Ghostland di Google Play Book.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


  • Mrs. McGinty Sudah Mati/Mrs. McGinty is Dead – Agatha Christie (Hercule Poirot detective story set in English country-side)

AKA buku Agatha Christie pertama yang aku baca tahun ini. Secara keseluruhan, Mrs. McGinty Sudah Mati adalah bacaan cepat & singkat. Meskipun bukan magnum opus Agatha Christie, aku tetap menikmati pengalamanku membaca buku ini. Tanpa terasa aku jadi membandingkan vibe yang diberikan novel ini dengan novel Pembunuhan di Sungai Nil/Death on the Nile yang aku baca sekitar 3 bulan lalu. Cerita dalam Pembunuhan di Sungai Nil begitu melankolik & dramatis ketika dibaca. Di sisi lain, ada sesuatu yang ringan & penuh humor tentang gaya penulisan Agatha Christie dalam Mrs. McGinty Sudah Mati ini. Definitely a book for readers that are looking for a lighter detective novel.     


Buku ini adalah satu buku dari bundel novel Agatha Christie yang aku beli di toko buku > 6 tahun lalu.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph



Kalau mencari novel yang mengikuti perjalanan seorang protagonis dalam membangun hubungan lebih baik dengan diri sendiri & orang di sekitarnya, Darius the Great Is Not Okay sepertinya adalah novel untukmu. Cerita Darius juga adalah cerita tentang identitas & berdamai dengan diri sendiri. Lagi-lagi novel untuk pembaca yang suka membaca cerita hurt/comfort. Meskipun ditutup dengan vibe yang lumayan hopeful, buku ini tidak se-memorable The House in the Cerulean Sea karena aku masih mengharapkan agar plot line tentang male friendship dalam novel ini bisa lebih digali lagi.   


Aku membeli edisi buku elektronik Darius the Great Is Not Okay di Google Play Book.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.


  • If You See Me, Don’t Say Hi – Neel Patel (Collection of short stories following the life of various first generation Indian-American characters) 

Kumcer ini sampai di radarku berkat algoritma rekomendasi The StoryGraph. Their book recs algorithm is on point, Folks! Belakangan aku memang tertarik untuk mengeksplorasi kumcer semacam ini. If You See Me, Don’t Say Hi bukan kumcer untuk pembaca yang mencari sarana eskapisme. Cerpen dalam kumcer ini sangat realistis dan begitu suram ketika dibaca. Walaupun gaya penulisannya indah & memiliki banyak potensi, tema & karakter yang ada dalam cerpen-cerpen ini menjadi begitu repetitif di akhir. Not the biggest fan of this book, unfortunately.    


Aku membaca edisi audiobook If You See Me, Don’t Say Hi melalui Scribd.

Pendapat selengkapnya bisa dibaca dalam ulasanku di The StoryGraph.

Bagaimana denganmu? Sudah menemukan bacaan favorit baru bulan ini? 


Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The StoryGraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

Sebuah Daftar Bacaan: Struggling Writers

Tiga buku untuk pembaca yang mencari bacaan dengan karakter penulis yang sedang bersusah-payah.

Menulis itu sulit & kamu tidak harus berprofesi sebagai penulis untuk menyadari ini. Setiap orang pasti pernah terbentur ketika berusaha untuk merangkai kata menjadi sesuatu yang mudah dimengerti & menarik perhatian orang lain.

Dari penulis caption, penulis UX, sampai penulis buku, tidak mengherankan kalau cerita-cerita tentang penulis yang sedang melalui masa sulit sudah banyak dituturkan. Tiga buku di bawah ini adalah buku yang karakter utamanya merupakan penulis dalam istilah tradisional (aka: penulis buku yang sudah diterbitkan). Mereka sudah terbiasa bermain dengan kata-kata. Tetap saja, ada masa ketika kemampuan mereka itu seolah lenyap atau tersendat karena satu dan lain hal.

Berikut adalah daftar tiga buku fiksi dengan protagonis yang merupakan struggling writers dari tiga genre berbeda:

The Guernsey Literary & Potato Peel Pie Society 


Perang Dunia 2 baru berakhir ketika Juliet Ashton dilanda writer’s block. Sebuah kiriman surat tidak terduga dari Guernsey membuat Juliet mengunjungi daerah yang masih berusaha bangkit pasca ditempati tentara Jerman ini. The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society adalah kisah heartwarming tentang bagaimana buku serta seni menyatukan orang dari berbagai latar belakang dan membantu mereka melalui masa-masa sulit.

Historical fiction ini cocok untuk pembaca yang mencari buku dengan cerita hangat & wholesome serta memiliki format unik (epistolary). Gaya penulisan Annie Barrows & Mary Ann Shaffer yang mengalir juga membuat buku 256 halaman ini menjadi bacaan yang menyenangkan dan cepat. Suka membaca book-about-books? Novel ini sepertinya adalah novel untukmu. 

Ulasan lengkap The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society juga bisa dibaca dalam kiriman dari bulan Maret 2019 ini.      

Less


Arthur Less menghabiskan masa muda di bawah bayangan seorang partner lebih tua yang merupakan penyair sukses. Tahun-tahun selanjutnya Arthur lalui dengan menjadi penulis biasa-biasa saja bersama seorang partner lebih muda yang akhirnya memutuskan untuk menikahi orang lain. Berniat melarikan diri dari kenyataan, Arthur akhirnya menerima tawaran pekerjaan di berbagai tempat di dunia sembari bergulat dengan buku terbaru yang tidak kunjung selesai dia tulis. Dalam Less, kita akan mengikuti perjalanan panjang Arthur sampai dia siap untuk pulang kembali. 

Alih-alih menjadi novel suram tentang pencarian diri, Less adalah novel tentang bagaimana humor selalu bisa kita ditemukan bahkan di momen ketika kita merasa benar-benar di bawah. Literary fiction ini cocok untuk pembaca yang bosan membaca buku sejenis yang terlalu serius sampai menjurus ke pretensius & mengharapkan humor dalam bacaan mereka.    

Ulasan lengkap novel karya Andrew Sean Greer ini juga bisa dibaca dalam kiriman dari bulan Juni 2020 ini

Beach Read


Hidup January Andrews mendadak berantakan. Fakta tidak terduga tentang ayahnya yang sudah meninggal membuat January mendadak kehilangan inspirasi untuk menulis kisah-kisah romantis bahagia. Ketika bertemu dengan sesama struggling writers yang menjadi tetangga barunya, Augustus Everett, dua orang ini akhirnya setuju untuk melakukan sesuatu di luar comfort-zone mereka. January akan mencoba menulis literary fiction serius & Augustus akan berusaha menulis sebuah cerita yang berakhir bahagia. Romance then ensues.

Novel romance karya Emily Henry ini memang bukan buku untuk semua orang. Romansa dua karakter utamanya berkembang cukup lambat & cerita mereka pun mengeksplorasi tema yang cukup gelap & serius. Karakter January/Augustus bisa jadi agak menyebalkan juga di mata beberapa orang. Tapi, kalau kamu mencari romance dengan ending realistis dan tidak malu-malu menyinggung topik berat, buku ini boleh jadi adalah buku untukmu.


Beach Read bukanlah novel romance untuk pembaca yang mencari bacaan romantis light-heart dan wholesome.      

Punya rekomendasi buku lain dengan karakter struggling writers juga?

Let me know in the comment 😄

>>>

Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The Storygraph

Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

Farah’s TOP 11 Reads for 2020

 

Dari komik, erotika, sampai kumpulan cerita… Berikut adalah daftar sebelas buku favorit yang aku baca di tahun 2020.

Melanjutkan tradisi di blog Far’s Books Space selama beberapa tahun terakhir, aku kembali menyusun daftar 11 bacaan yang berkesan bagiku dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal tidak biasa dalam daftar tahun 2020 ini adalah fakta bahwa nonfiksi mulai mendominasi. Berbeda sekali dari daftar buku tahun 2017, 2018, dan 2019 yang hampir eksklusif dihuni buku-buku fiksi.
Seperti biasa, daftar TOP 11 Reads tidak aku susun dalam bentuk ranking. Aku hanya mengurutkan buku berdasarkan waktu aku membaca mereka: dari awal tahun sampai akhir tahun 2020.
Komik sederhana tentang sekumpulan alien biru yang menggunakan bahasa secara tidak biasa ini tidak pernah gagal membuatku tersenyum. Aku tidak mengerti bagaimana, tapi kecenderungan mereka dalam memilih istilah rumit untuk mendeskripsikan sesuatu yang sangat biasa pada akhirnya menjadi komedi tersendiri. It’s the clever word play, I think. Kamu juga bisa menikmati komik ini secara gratis lewat Twitter atau Instagram resmi si pembuat komik.
Nostalgia & faktor relatability kiranya sangat mempengaruhi pendapatku tentang buku ini. Kalau tidak merasa terhubung dengan pengalaman si penulis yang terasa familiar, aku rasa aku tidak akan terlalu menikmati Semasa Kecil di Kampung. Aku pribadi menyukai memoar karena ada aspek introspeksi/refleksi dalam tulisannya. Hal ini tentu tidak aku temukan dalam autobiografi ini. Tapi, aku tetap bisa mengapresiasi bagaimana buku ini menunjukkan bahwa meskipun aku dan si penulis tumbuh di era yang berbeda, ada beberapa hal yang sama-sama kami lalui ketika tumbuh besar di lingkungan yang secara budaya kurang lebih mirip.
Meskipun notabene-nya adalah buku nonfiksi, aku sangat mengapresiasi bagaimana luwes & mudah diikutinya gaya penulisan buku ini. Ilustrasi ciamik yang melengkapi setiap halamannya juga sangat membantuku sebagai pembaca. Sebagai pemula dalam all-things-mythology, aku menemukan Mythology: An Illustrated Journey sebagai sumber bacaan yang informatif & menarik. Ulasan selengkapnya bisa dibaca dalam kirimanku di bulan Mei lalu, [16/05/20] Tentang Mythology An Illustrated Journey Into Our Imagined Worlds Karya Christopher Dell.
Memoar yang ditulis dalam bentuk kumpulan surat ini adalah bacaan cepat & lucu untuk penikmat nonfiksi di luar sana. Meskipun dibeli secara impulsif karena sedang diskon di Google Play Book, buku ini memang tidak mengecewakanku. Awalnya aku hanya ingin membaca beberapa surat saja sebagai pengantar tidur. Pada akhirnya aku malah begadang & menyelesaikan Dear Girls dalam sekali duduk. Ketika berbagi pengalamannya sebagai komedian stand-up perempuan keturunan Asia-Amerika di AS, Wong tidak pernah sekalipun menulis dengan nada menggurui. She remains hilarious & insightful until the very end, and I really enjoy that. Baca juga komentar yang aku tulis langsung setelah membaca Dear Girls di The Storygraph.
Thought-provoking dan well-written, It’s Not About the Burqa adalah buku menarik untuk pembaca yang ingin mencari tahu tentang isu feminisme dari sudut pandang WoC (Woman of Color), khususnya dalam konteks buku ini adalah wanita muslim. Aku merekomendasikan buku kumpulan esai ini untuk pembaca yang mencari bacaan nonfiksi eye-opening dan memperkaya sudut pandang kita sebagai seorang individu. 
Perjalanan self-discovery yang protagonis cerita ini lalui pasca bad breakup secara tidak terduga begitu mencerahkan hariku di bulan Juli 2020. Aspek erotika novel grafisnya tentu sangat menghibur untuk dibaca. Namun, hal yang membuat Cheat(er) Code masuk dalam daftar TOP 11 ini adalah fakta bahwa selain lucu & penuh dengan permainan kata, perkembangan karakter yang Kennedy lalui di sepanjang cerita sangat wholesome dan menyentuh hatiku sebagai pembaca. Aku merekomendasikan buku tipis ini untuk pembaca dewasa (21+) yang mencari sarana escapism penuh humor. Kalau tidak suka dengan buku yang dipenuhi explicit sex scenes, sepertinya Cheat(er) Code bukan buku untukmu. There’s a lot of those here…
Buku ini adalah kasus langka ketika buku yang aku on-hold selama beberapa tahun akhirnya menjadi bacaan favorit ketika aku coba baca lagi. Satu dan lain hal membuatku meninggalkan buku ini 5 tahun lalu. Lima tahun kemudian di 2020, aku memberi novel ini kesempatan kedua & menyelesaikannya dalam 2 kali duduk saja. It’s such a fun & fast book to read! Sejauh ini, Death on the Nile menduduki tempat kedua setelah And Then There Were None dalam daftar buku Agatha Christie favorit versiku. Trailer dari adaptasi film buku ini sebenarnya berjasa dalam membuatku membaca buku ini lagi. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak menyaksikan film bersangkutan karena ingin menghindari rasa kecewa.
Buku ini mengingatkanku pada alasan kenapa aku jatuh hati pada buku kumpulan cerpen. Meskipun pada dasarnya adalah buku yang mengumpulkan beberapa cerita pendek yang bisa berdiri sendiri, Serayu Malam… begitu engaging ketika dibaca karena tokoh dalam masing-masing cerpennya secara tidak langsung pernah bersinggungan dengan satu sama lain. Kereta Serayu Malam yang menjadi pusat dari cerita boleh dibilang menyatukan kisah para tokoh ini. Menyelesaikan halaman terakhir dalam Serayu Malam… terasa seperti menutup sebuah lingkaran yang dimulai dari cerpen pertama sampai ditutup oleh cerpen terakhir. Tidak mengherankan kalau pengalaman membaca kumcer ini begitu memuaskan.
Kalau mencari bacaan historical romance singkat & menghibur, aku rasa novella ini adalah novella untukmu. The Perilous Life of Jade Yao punya semua hal yang menarik minatku: historical settings, format epistolary, gaya penulisan penuh humor, sampai wholesome romance. Novella ini seperti ditulis khusus denganku dalam pikiran. Jadi, tidak mengherankan bukan kalau buku bersangkutan akhirnya sampai di daftar TOP 11 ini.

From Here to Eternity mengingatkanku lagi pada cinta lama di dunia perbukuan: buku catatan perjalanan. Gaya penulisan luwes, kaya humor, dan penuh rasa hormat juga membuat buku ini menjadi bacaan nonfiksi yang paling berkesan dalam pikiranku selama satu tahun terakhir. Ulasan lengkap tentang buku ini bisa dibaca dalam kirimanku dari bulan Desember 2020: [10/12/20] Tentang From Here to Eternity karya Caitlin Doughty

Bacaan yang aku selesaikan di penghujung 2020 ini adalah tipe buku nonfiksi yang begitu menenangkan ketika dibaca pada masa sulit dalam hidup. Gaya penulisan yang mengalir juga membuat buku yang hampir 500 halaman ini aku baca dalam kurun waktu 3 hari saja. The writing is that amazing, indeed. Aku akan merekomendasikan Maybe You Should Talk to Someone untuk pembaca yang sedang mencari memoar well written & informatif. Ini juga merupakan buku untuk pembaca yang tertarik pada bacaan nonfiksi bertema psikologi.

Honorable Mention

Axiom’s End – Lindsay Ellis

Satu-satunya sci-fi yang aku baca di tahun 2020. Boleh jadi satu-satu seri yang akan aku ikuti rilisnya selama beberapa tahun ke depan. Aku tidak pernah menyangka novel tentang first contact antara manusia dan alien bisa semenarik ini.

Destroyer – Victor LaValle, Dietrich Smith

Novel grafis yang aku baca untuk Fortnight Frights Marathon 2020 ini adalah surat cinta untuk novel klasik Frankenstein karya Mary Shelley. Victor LaValle membuat retelling yang sarat akan kritik sosial terhadap kondisi sosial/budaya di Amerika Serikat saat ini, namun tidak lupa untuk menyelipkan secercah harapan dalam kisahnya. An interesting & somber graphic novel to read in this social climate.
Apa TOP 11 (atau TOP 3?) buku versi-mu untuk 2020?

>>>

Farah mendata buku yang dia baca di The Storygraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu ke Curious Cat

December 2020: A Mediocre Reading Month To Close This Year

64/64 – I (barely) make it to my 2020 reading goal.

Setelah diberkahi bulan baca yang begitu memuaskan pada November lalu, tentu saja bulan ini akhirnya menjadi bulan baca yang biasa-biasa saja. Dalam kiriman ini, aku akan memaparkan statistik bacaan, satu buku memorable yang mendapat rating 5/5 di penghujung tahun, dan buku lain yang aku harap bisa menjadi bacaan menyenangkan, namun ternyata tidak terlalu memuaskan.

Statistik Menunjukkan…

Pada bulan Desember 2020, aku berhasil menamatkan 6 buku (1.338 halaman). Kalau tidak menargetkan untuk membaca 64 buku tahun ini, boleh jadi aku tidak akan menamatkan buku sebanyak ini di penghujung 2020. Keinginanku untuk membaca memang tidak terlalu tinggi menjelang pergantian tahun. Mood bacaan sendiri (seperti biasa) didominasi oleh buku emosional & reflektif. Meskipun menggunakan buku sebagai sarana escapism, entah kenapa sebagai pembaca aku memang tergerak untuk membaca sesuatu yang mengaduk-aduk perasaan & membuat kita merenung.
Kalau bicara genre, usahaku untuk mengejar target bacaan terlihat dari dua cerita pendek yang dibaca bulan ini. Cerita pendek memang sudah menjadi andalan dari dulu kalau ingin membaca banyak dalam waktu singkat. Aku tidak kaget juga ketika genre kontemporer muncul di tempat teratas. Meskipun sempat melalui fase ketika aku membaca banyak historical fiction secara berturut-turut, di akhir hari kontemporer adalah comfort genre-ku.
Aku juga sempat berasumsi bahwa fantasi adalah genre yang sudah jarang aku jamah beberapa tahun belakangan. Ternyata genre ini masih sering muncul dalam daftar bacaan tanpa aku sadari. Kalau tidak mengintip statistik yang dibuat The Storygraph, aku sepertinya tidak menyadari ini.

Di awal bulan aku sempat merasa bahwa kecepatan bacaku menjadi agak lambat. Ternyata perasaan ini muncul karena aku membaca buku-buku beralur medium waktu itu. RIP long attention span. Aku harap attention span-ku bisa sedikit meningkat di 2021. Meskipun membaca buku < 300 halaman & beralur cepat menyenangkan, aku harap aku juga bisa mengangsur buku di TBR dengan halaman lebih banyak dan alur lebih lambat. Melanjutkan tren bacaanku pada 2020, bacaan nonfiksiku hampir menyeimbangi bacaan fiksi bulan ini.
Meskipun menemukan satu bacaan bintang lima menjelang akhir Desember, secara keseluruhan tidak ada yang spesial untuk bulan ini. Ada lebih banyak miss daripada hits dalam hal bacaan. Kalau membandingkan dengan bacaan bulan November, Desember adalah bulan yang agak mengecewakan. Aku curiga mood membacaku yang tidak terlalu tinggi juga ikut berpartisipasi dalam hal ini. Sepertinya ada banyak kasus it’s not you (books), it’s me (the reader).

Daftar Bacaan 

Setelah maraton baca banyak buku death-related sepanjang November, aku membuka Desember dengan buku romantis yang menggemaskan. Seperti yang sudah dikatakan para pembaca sebelumku, buku pertama dalam seri The Brown Sisters ini memang bacaan romantis asyik. Duo protagonisnya begitu menggemaskan. Selain memiliki representasi untuk chronic illness, Hibbert juga berhasil membahas tema serius seperti pemulihan setelah lepas dari hubungan toksik/abusif. Aku tidak memberi buku ini rating 5/5 karena aku merasa konflik yang muncul di akhir cerita tidak perlu. I could do without them, honestly.
That being said, aku tetap merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang mencari buku romance dengan cerita wholesome & memiliki a healthy dose of smut scenes.
Senang rasanya karena menemukan bacaan nonfiksi semacam ini karya penulis lokal. Pendapat selengkapnya dariku bisa dibaca dalam kiriman ini: [17/12/20] Tentang Parade Hantu Siang Bolong karya Titah AW.
Aku akan merekomendasikan buku yang bisa dibaca cepat ini untuk pembaca yang ingin membaca reportase lokal yang ditulis dengan gaya yang tidak membosankan.
Buku ini muncul di radarku berkat seorang kenalan di Twitter yang merupakan penggemar bukunya. Aku tergerak untuk membacanya bulan ini karena durasi edisi audiobook-nya yang terbilang singkat. Menurutku, world building buku fantasi yang satu ini menarik & tidak biasa. Gaya baca narator audiobook-nya juga engaging.
Sayang sekali, meskipun sudah berusaha aku tidak kunjung terhubung dengan ceritanya. It’s simply not my cup of tea. Meskipun audiobook ini <2 jam, aku butuh lebih dari seminggu untuk menyelesaikannya. Aku rasa mood-ku juga mempengaruhi penilaian ini. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk tidak memberi buku ini rating.
Kalau kamu pembaca yang menggemari buku fantasi, just take my words with a grain of salt. Mayoritas kawanku yang gemar membaca fantasi menyukai buku ini. Kalau mencari bacaan fantasi non-serial & bisa dibaca cepat, A Dead Djinn in Cairo bisa menjadi pilihan bacaanmu.
Inilah bacaan dengan rating 5/5 yang sudah aku singgung dari awal tulisan. Memoar seorang terapis ini adalah tipe buku yang begitu menenangkan ketika dibaca di masa sulit. Terjemahan ke bahasa Indonesia bukunya pun sudah dirilis dengan judul Semua Orang Butuh Curhat. Aku sendiri membaca edisi bahasa Inggris buku ini melalui Scribd & dibuat terkagum-kagum dengan keluwesan gaya penulisannya. Aku harap setiap orang mencoba untuk membaca buku ini setidaknya satu kali. Sedikit-banyaknya, aku rasa ada sesuatu yang bisa setiap orang ambil dari buku ini.
Aku juga akan merekomendasikan Maybe You Should Talk to Someone untuk pembaca yang sedang mencari bacaan bertema psikologi.
  • Aku memutuskan untuk tidak menyebut dua buku setelah ini karena keduanya (lagi-lagi) bukanlah bacaan untukku. Di tangan pembaca yang tepat, aku yakin buku-buku ini bisa menjadi bacaan favorit. Sadly, they’re not for me. I truly got nothing to say. Biarlah dua buku ini menjadi rahasiaku dan The Storygraph 😌
Semoga tahun 2020-mu ditutup dengan bacaan asyik & menyenangkan ya!

>>>

Farah mendata buku yang dia baca & mendapat statistik dalam kiriman ini melalui The Storygraph
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu ke Curious Cat