Tentang Like Water For Chocolate Karya Laura Esquivel

“…Seperti Tita, nenek buyutku, yang akan terus hidup selama ada seseorang yang memasak resep-resepnya.”

Informasi Buku

Judul: Like Water For Chocolate (Como agua para chocolate)

Penulis: Laura Esquivel
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 9786022914969
Bulan/tahun publikasi: Agustus 2018 (pertama kali terbit tahun 1989)
Jumlah halaman: 258 halaman
Cetakan: pertama
Buku: paperback milik pribadi
Bahasa: Indonesia
Kategori umur: adult
Temukan buku ini di Goodreads

Blurb

Terlahir sebagai putri
bungsu keluarga La Garza, Tita harus mematuhi tradisi untuk tidak pernah
menikah demi merawat orangtua. Namun, Tita justru jatuh cinta kepada
Pedro. Mama Elena, ibunya, berang dan justru menikahkan Pedro dengan
kakak Tita. Wanita itu bahkan memaksa Tita menyiapkan jamuan pesta
pernikahan mereka.

Maka, terciptalah roti pernikahan Chabella
yang mencetuskan kehampaan di hati semua tamu yang menyantapnya hingga
menangis tersedu-sedan. Namun, tanpa Tita sadari, pernikahan Pedro
barulah awal dari rentetan tragedi lain dalam hidup Tita. Betulkah nasib
sekejam itu kepadanya?

Bestseller selama hampir 2 tahun di
Meksiko, Amerika, dan diikuti di negara-negara lain, Like Water for
Chocolate menyajikan pergulatan budaya Amerika Latin, feminisme,
politik, dan revolusi yang dibingkai sebuah drama keluarga. Kisah yang
membumi dengan sentuhan nuansa magis ini seakan menyadarkan pembaca
bahwa dapur bukan sekadar tempat mengolah makanan, tetapi juga muara
sebuah kehidupan.


Menurut Farah Tentang Buku Ini

Dalam Like Water For Chocolate, pembaca akan dihadapkan pada kisah cinta tak pernah padam antara Tita dan Pedro yang mampu bertahan belasan tahun lamanya—terlepas dari segala problema yang menghalangi kisah mereka berdua. Kalau mengingat kembali daftar bacaanku sepanjang tahun ini, premis kisah cinta “terlarang” macam ini memang tidak asing lagi. The Japanese Lovers adalah buku yang sempat aku baca pada bulan Juli lalu dan mengusung perkara cinta semacam ini juga. Akan tetapi, tidak seperti The Japanese Lovers yang membuatku merasa sebal sendiri setelah membacanya, Like Water For Chocolate justru merupakan bacaan yang menyenangkan. Perpaduan romansa, realisme magis (magical realism), dan masakan dalam novel 264 halaman sukses menciptakan sebuah novel yang menarik dan segar untuk dibaca sampai akhir.
Tita de la Garza tumbuh besar di keluarga yang dipimpin oleh Mama Elena, seorang Ibu tegas dan keras bersama dua saudara perempuannya. Sebagai seorang anak bungsu, sudah menjadi tradisi dalam keluarga Tita bahwa anak bungsu tidak boleh menikah karena harus merawat Ibunya sampai meninggal. Duka panjang dalam hidup Tita muncul ketika gadis ini jatuh hati kepada Pedro. Gayung pun bersambut dan Pedro akhirnya memutuskan untuk melamar Tita. Tentu saja Sang Ibu tidak menyetujui hubungan kedua sejoli ini. Mama Elena dengan kejamnya bahkan malah menjodohkan Pedro kepada kakak sulung Tita sendiri, Rosaura. Dengan dalih agar dapat terus berdekatan dengan Tita, Pedro akhirnya setuju untuk menikahi Rosaura. Mama Elena yang tidak mau tahu dengan perasaan anak bungsunya juga menugaskan Tita sebagai juru masak dalam hajatan pernikahan Pedro dan Rosaura. Kalau diibaratkan dalam peribahasa, nasib Tita ini seperti seseorang yang sudah jatuh tertimpa tangga kehujanan pula lagi. Rangkaian duka ini menjadi salah satu pemicu mengapa Tita yang awalnya begitu patuh dan taat mulai membangkang kepada Ibunya.
Tema tentang kemunculan percaya diri, pembangkangan, dan passion memang sangat kental dalam novel 12 bab ini. Ke-12 bab dalam Like Water For Chocolate melambangkan setiap bulan dalam satu tahun. Dalam setiap bab akan ada resep masakan tertentu dan tata cara memasak masakan tersebut akan mengawali setiap bab. Aku kagum dengan kelihaian penulis dalam menggabungkan plot cerita dan berbagai hal di dunia kuliner. Sentuhan magical realism yang muncul dari masakan Tita dan dirasakan orang-orang yang mengkonsumsinya juga sukses menyampaikan pesan dalam cerita ini. Bagian ini menarik sekali menurutku.
Sebagai karakter antagonis, Mama Elena memang akan membuat para pembaca gondok tidak ketulungan. Rasanya sudah lumayan lama sejak aku semurka ini dengan karakter “jahat” dalam cerita. Hal-hal yang dilakukannya pada Tita memang sungguh kejam. Di pertengahan cerita, pembaca memang akan menemukan backstory di balik kenapa Mama Elena menjadi dirinya yang menyebalkan seperti sekarang. Kisah itu lumayan miris dan membuat iba sebenarnya. Tapi, tetap saja apa yang dia lakukan pada Tita selama bertahun-tahun tidak bisa dimaafkan.
Sedikit banyaknya, karakter Tita sendiri mengingatkanku pada salah satu karakter dalam cerpen “Kutukan Dapur” di buku kumcer Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan. Memasak sama-sama merupakan bagian integral dari kedua karakter ini. Mereka “membangkang” lewat masakan masing-masing. Atmosfer magical realism sendiri sebenarnya juga dapat kita temukan dalam karya Eka Kurniawan lain seperti dalam Lelaki Harimau. Sepertinya tulisan Beliau banyak terinspirasi dari literatur Amerika Latin yang sangat khas dengan sentuhan magical realism-nya ya.

Hal menarik lain tentang novel ini adalah judulnya. Pasti ada yang bertanya-tanyakan tentang maksud dibalik ungkapan “Like water for chocolate”? Dikutip dari laman wikipedia novel dan penulis Like Water For Chocolate sendiri, Laura Esquivel, berikut adalah beberapa fakta dibalik judul novel ini;

  • Judul lengkap sebenarnya dari novel ini adalah: Like Water for Chocolate: A novel in monthly installments with recipes, romances and home remedies. Dari judul lengkap ini kita langsung tahu ya format novelnya bagaimana. Like Water For Chocolate bisa dikatakan dibuat dalam bentuk format buku resep masakan zaman dulu.
  • Frasa “Like water for chocolate” atau “como agua para chocolate” di negara-negara berbahasa Spanyol menunjukkan bahwa seseorang emosinya sedang “mendidih” atau sangat marah. Di beberapa negara Amerika Latin seperti Meksiko, minuman coklat panas memang dibuat dengan air yang hampir mendidih alih-alih menggunakan susu. Dari sinilah frasa “como agua para chocolate” muncul.
  • Kalau disesuaikan dengan konteks cerita dalam novel ini, frasa “Like water for chocolate” seolah menggambarkan gairah tidak pernah padam yang dimiliki Tita dan Pedro terhadap satu sama lain di sepanjang cerita dalam buku ini.
Sudah membaca buku ini dan ingin menemukan analisis terperinci terkait kisah Tita? Coba baca analisis menarik dari (Spark Notes ini).
Jadi, tunggu apalagi? Kalau kau merupakan penikmat bacaan berbau magical realism, tidak keberatan dengan adanya forbidden romance dalam cerita, menyukai makanan dan cara pembuatannya, atau mendadak ingin mencari bacaan yang rebellious— Aku rasa Like Water For Chocolate dapat menjadi pilihan bacaan untukmu.

Rating

4/5

Tulisan Lain Dalam Kiriman Ini/Bacaan Lanjutan

1. Far’s Books Space – Ulasan The Japanese Lovers
2. Wikipedia – Magic Realism
3. Far’s Books Space – Ulasan Cinta Tak Ada Mati
4. Far’s Books Space – Ulasan Lelaki Harimau
6. Wikipedia – Laura Esquivel

Terhibur/terbantu dengan tulisan ini? Dukung Farah melalui Karyakarsa

Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif  The Storygraph | farbooksventure di The StoryGraph

Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *