Informasi Buku
The Brothers Bishop
Bart Yates
Kensington Books
9780758282521
publikasi: 2006 (pertama kali dipublikasikan tahun 2005)
halaman: 320 halaman
E-book (dibaca via Scribd)
Inggris
umur: adult
buku ini di Goodreads
Blurb
Tommy and Nathan Bishop
are as different as two brothers can be. Carefree and careless, Tommy is
the golden boy who takes men into his bed with a seductive smile and
turns them out just as quickly. No one can resist him–and no one can
control him, either. That salient point certainly isn’t lost on his
brother. Nathan is all about control. At thirty-one, he is as dark and
complicated as Tommy is light and easy, and he is bitter beyond his
years. While Tommy left for the excitement of New York City, Nathan has
stayed behind, teaching high school English in their provincial
hometown, surrounded by the reminders of their ruined family history and
the legacy of anger that runs through him like a scar.Now,
Tommy has come home to the family cottage by the sea for the summer,
bringing his unstable, sexual powder keg of an entourage–and the
distant echoes of his family’s tumultuous past–with him. Tommy and his
lover Philip are teetering on the brink of disaster, while their married
friends, Camille and Kyle, perfect their steps in a dance of denial,
each partner pulling Nathan deeper into the fray. And when one of
Nathan’s troubled students, Simon, begins visiting the house, the slow
fuse is lit on a highly combustible mix.During a heady
two-week party filled with drunken revelations, bitter jealousies,
caustic jabs, and tender reconciliations, Tommy and Nathan will confront
the legacy of their twisted family history–their angry, abusive father
and the tragic death of their mother–and finally, the one secret that
has shaped their entire lives. It is a summer that will challenge
everything Nathan remembers and unravel Tommy’s carefully constructed
facade, drawing them both unwittingly into a drama with echoes of the
past. . .one with unforeseen and very dangerous consequences.“There are undercurrents of tragedy and emotional scarring at work that
take the story to disturbing places. . .Yates puts his novel together
like a one-two punch and makes it readable. . .you can’t put it down.”
–Edge Magazine
Menurut Farah Tentang Buku Ini
siang yang cerah, aku iseng memutuskan membaca buku yang muncul secara random di feed Goodreads ini. Siapa sangka ternyata
The Brothers Bishop akhirnya memperkenalkanku pada penulis baru dengan
gaya penulisan mengalir dan begitu menangkap perhatian. Sayang sekali, kisah
tragis tentang sisi gelap cinta
ditawarkan novel 320 halaman ini hanya meninggalkan perasaan kesal di hatiku.
Berikut adalah uraianku tentang mengapa aku membenci dan mengagumi The Brothers Bishop di saat yang
bersamaan.
Good Things About This Novel
dari The Brothers Bishop. Di
tengah para karakter yang out-of-this-world awful dan berbagai peristiwa kacau
dalam cerita, tulisan Yates-lah yang
membuatku betah menyelesaikan novel ini sampai akhir. Gaya penulisan Yates yang
begitu mengalir bahkan mengantarkanku membaca The Brothers Bishop hanya dalam satu kali
duduk saja. Ini prestasi yang cukup luar biasa menurut. Aku rasa tidak semua
penulis memiliki kecakapan untuk membuat pembaca yang sudah terlampau kesal
dengan novelnya bertahan membaca novel bersangkutan sampai akhir. Gaya
penulisan jugalah yang membuat novel ini bertengger di rating 3. Kalau
menilai hanya berdasarkan cerita, sepertinya The
Brothers Bishop malah termasuk ke dalam buku zona No-rating ku.
|
|||
Actual footage of me after reading this book and solely judging the messed up story its offer | (GIF source: Tumblr) |
sedang kesal-kesalnya pasca membaca The Brothers Bishop, aku akhirnya mengunjungi Goodreads untuk
mengintip ulasan berbintang 5 dari novel ini. Siapa tahu bisa lebih membuka
pikiran dan membuatku menyukai novel ini, bukan?
baca juga menggarisbawahi gaya penulisan Bart Yates yang bagus dan membuat The
Brothers Bishop asyik dibaca. Aku mengamini poin
ini tentu. Hal lain yang banyak disebut dalam ulasan positif ini adalah bagaimana
narator cerita, Nathan Bishop, terasa fresh dan relatable karena
gaya penuturannya yang blak-blakan dan jujur. Sampai pada satu titik di novel, aku
sebenarnya setuju dengan pendapat ini. Akan tetapi, makin menuju ke akhir cerita, karakter
Nathan makin menyebalkan dan asshole-ish for no reason menurutku.
Not-So-Good Things About This Novel
ungkapkan di atas, sebagai narator Nathan memang asyik untuk didengar di awal
novel. Dia jujur, bitter, dan apa adanya. Aku masih bisa bersimpati
dengan karakter ini. Akan tetapi, semakin cerita berkembang semakin Nathan
berubah menjadi sosok terlampau “kejam”. Perubahan yang terjadi pun
seolah tanpa tujuan.
Tanpa memberi bocoran apa-apa, penulis berusaha memotret Tommy sebagai sosok
penuh cela terlepas dari penampilan luarnya yang sempurna. Penulis seperti
mengarahkan pembaca untuk bersimpati pada Tommy karena “dia tidak
benar-benar bermaksud melakukan apa yang dia lakukan”. Sayang sekali, Tommy adalah karakter yang murni tidak ada faedahnya di mataku. Aku begitu kasihan dengan Nathan yang apes mendapat Tommy sebagai saudara kandung.
yang berusaha disampaikan cerita tragis ini.
yang mengangkat topik berat dan sulit untuk dibahas. Seringkali buku semacam
ini ditulis dengan cara yang tetap menarik perhatian dan membuatku bisa bersimpati
dengan karakternya. Di akhir novel seperti ini, aku biasanya juga bisa menangkap
satu atau dua hal berfaedah. Belum lagi merenungkan pertanyaan yang ditinggalkan cerita yang sudah usai untuk direnungkan sendiri oleh pembaca. Membaca memang memperluas sudut pandang kita dan
membangun empati bagaimanapun juga. Akan tetapi, meskipun memasukkan topik berat
dalam cerita, The Brothers Bishop tidak berusaha menggali topik ini lebih
dalam. Setelah sampai di halaman akhir, aku masih tidak yakin dengan pesan berfaedah macam apa yang berusaha disampaikan penulis. Aku hanya merasa miris sendiri
karena beberapa karakter tampaknya selalu saja bisa lari dari masalah yang merupakan tanggung jawabnya dan malah karakter lain yang harus menderita karenanya.
terlalu positif dalam novel ini.
potrayal seperti ini dalam dunia buku & pop culture secara umum
selama beberapa bulan terakhir. Rasa tidak enak yang aku rasakan selama membaca
The Brothers Bishop boleh jadi juga berasal dari cara penulis
memperlakukan karakter perempuan yang sudahlah sedikit, tapi tidak
ditulis dengan positif dan penuh pertimbangan.
In Conclusion
Rating
Terhibur/terbantu dengan tulisan ini? Dukung Farah melalui Karyakarsa
Farah melacak bacaannya di situs buku alternatif The Storygraph | @farbooksventure
Ingin tanya-tanya & tetap anonim? Kirim saja pertanyaanmu lewat Curious Cat